Jumat 27 Jul 2018 13:28 WIB

Kita Terlalu Banyak Makan Daging?

Konsumsi protein hewani harus seimbang dengan nabati.

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Indira Rezkisari
Daging rendah lemak adalah sumber protein yang merupakan bagian dari diet sehat.
Foto: pixabay
Daging rendah lemak adalah sumber protein yang merupakan bagian dari diet sehat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gula berlebihan dan ketidakseimbangan diet menimbulkan gangguan kesehatan yang mengarah ke berbagai penyakit, seperti alzheimer, diabetes, penyakit jantung, obesitas, dan kanker. Sebagai alternatif, diet protein menjadi populer, seperti ketogenik dan paleolitik.

Namun, protein apa yang terbaik? Apakah masyarakat kita sekarang sudah terlalu banyak makan daging?

Departemen Pertanian Amerika Serikat menyebutkan asupan protein rata-rata normalnya sekitar enam ons. Sayangnya orang AS saat ini makan protein hingga 12 ons per hari, dua kali lipat dari jumlah seharusnya.

Baca juga: Trik Mengolah Sayuran Beku tanpa Kehilangan Gizinya

Tingkat obesitas orang dewasa di AS mencapai 35 persen. Ini hampir sama dengan anak-anak. Mereka makan terlalu banyak karbohidrat dan terlalu banyak protein.

Dilansir dari Daily Health Post, Jumat (27/7), penting memerhatikan sumber protein yang kita makan. Daging bukan satu-satunya sumber protein jika dipandang dari sudut pandang gizi.

Ada banyak protein nabati yang memberi nutrisi yang tidak dimiliki protein hewani, seperti vitamin, mineral, dan fitonutrien, hingga antioksidan. Ada implikasi kesehatan ketika seseorang terlalu banyak mengonsumsi dagaing merah, mulai dari sakit ginjal, batu empedu, tekanan darah tinggi, jantung, dan kanker prostat. Apalagi jika hewan ternak dibesarkan dengan antibiotik, suntikan hormon, dan organisme yang dimodifikasi genetik.

Variasikan jumlah protein nabati dan hewani yang dimakan. Cari alternatif protein nabati, seperti quinoa, kacang polong, kacang tanah, kacang mete, tempe, dan biji-bijian kaya protein lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement