Selasa 24 Jul 2018 07:15 WIB

Konsumsi Keju tak Tingkatkan Risiko Penyakit Jantung

Penelitian mengenai penyakit jantung ini dilakukan selama 22 tahun.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Dwi Murdaningsih
Keju
Keju

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tampaknya para pecinta keju dan produk susu di seluruh dunia akan bersorak. Sebab, penelitian baru menyatakan lemak jenuh yang ditemukan dalam keju dan susu tidak meningkatkan risiko penyakit jantung.

Penelitian ini dilakukan selama 22 tahun dan diterbitkan dalam The American Journal of Clinical Nutrition. Para peneliti meneliti 2.907 orang dewasa berusia 65 tahun atau lebih tua yang tidak memiliki penyakit kardiovaskular apapun.

Konsentrasi asam lemak yang ditemukan dalam plasma darah peserta dievaluasi pada awal penelitian, setelah enam tahun, dan setelah 13 tahun. Tim mencatat 2.428 kematian pada akhir peneltian, 833 kematian di antaranya terjadi akibat penyakit kardiovaskular.

Cara Tetap Fit Selama Liburan

Temuan peneliti menunjukkan, orang dengan tingkat asam lemak yang lebih tinggi dalam darah mereka memiliki 42 persen lebih rendah mengalami risiko kematian akibat stroke. Selanjutnya, asam heptadekanoat (bentuk asam lemak jenuh)  dalam darah dikaitkan dengan penurunan risiko kematian yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskular.

“Temuan kami tidak hanya mendukung, tetapi juga secara signifikan memperkuat banyak bukti yang menunjukkan lemak susu tidak meningkatkan risiko penyakit jantung atau kematian pada orang dewasa yang lebih tua,” kata penulis utama studi dan asisten profesor di UT Helath School Public Health, Marcia Otto, dikutip dari The Independet, Selasa (24/7).

Otto melanjutkan masyarakat perlu diberi informasi yang cukup tentang kebutuhan gizi mereka. Konsumen, menurut Otto, telah terpapar informasi yang sangat berbeda dan bertentangan dengan diet sehat, terutama dalam kaitannya dengan lemak.

“Sangat penting untuk memiliki studi yang kuat, sehingga orang dapat membuat pilihan yang lebih seimbang dan terinformasi berdasarkan fakta ilmiah,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement