REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Stres adalah salah satu pemicu munculnya penyakit di dalam tubuh. Anggapan itu tidak salah lantaran saat dalam kondisi tertekan atau stres, seluruh organ tubuh akan diaktifkan. Mulai dari jantung hingga sistem pernafasan semua bergerak lebih cepat daripada ketika kita dalam kondisi pikiran yang rileks.
Menurut psikiater Natalia Widiasih, gangguan kesehatan fisik dapat dialami oleh mereka yang berada di bawah tekanan. "Sebagai contoh, ada orang yang maagnya kambuh setiap harus berurusan dengan pajak atau sakit kepala ketika dihadapkan dengan tagihan yang membengkak," ujar Natalia saat menjadi pembicara dalam Seminar Awam Mengatasi Masalah Mental Emosional di Dunia Kerja, Rabu (11/7).
Baca: Stres Orang Indonesia Rendah Secara Global" href="https://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/18/07/09/pblk3i366-tingkat-stres-orang-indonesia-rendah-secara-global" target="_blank" rel="noopener">Tingkat Stres Orang Indonesia Rendah Secara Global
Di saat stres, ada beberapa respons yang diberikan oleh tubuh. Di antaranya adalah peningkatan tekanan darah di arteri, kenaikan kadar gula darah, pupil membesar, serta aktivitas pernafasan yang meningkat.
Menurutnya selain respons fisik, stres juga dapat memengaruhi pikiran, tingkah laku, dan emosi. Dalam kondisi stres seseorang merasa cepat lelah, pusing, bahkan bisa mengalami iritasi kulit atau infeksi berulang. Pada pikiran, stres akan membuat orang menjadi penuh kecemasan, cenderung tergesa-gesa mengambil keputusan, atau benaknya dipenuhi pemikiran negatif.
Baca: Probiotik Bikin Tubuh Kebal Stres
Stres juga berdampak buruk pada emosi. Krisis kepercayaan diri, jadi cerewet, depresi, suka mengasingkan diri, dan acuh tak acuh bisa dikenali sebagai emosi yang menandakan stres. Sementara dari segi perilaku, stres bisa menuntun seseorang mengalami insomnia, gelisah, kehilangan gairah seksual, serta kehilangan nafsu makan.
Untuk mengatasi stres, dokter yang bertugas di RSCM itu membagikan beberapa kiat. "Istirahat itu nomor satu dan jangan pendam masalah sendirian. Sependiam apapun kita tetap butuh teman diskusi, bisa ngobrol dengan teman atau mentor. Jangan lupa melakukan hal-hal yang membuat rileks, apapun itu. Mungkin jalan-jalan atau nonton," jelasnya.