REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengacara Hotman Paris Hutapea aktif mendukung gerakan #StopBullying untuk mencegah bullying alias perisakan semakin merajalela. Tapi siapa sangka, dia juga pernah menjadi korban sekaligus pelaku perisakan.
"Setiap saya posting di Instagram, selalu ada jutaan komentar. Kalau saya posting yang menyangkut hal-hal duniawi, pasti 90 persen isinya bully," ujar pria kelahiran Laguboti, Sumatra Utara, itu.
Ketika menanggapi perisakan siber tersebut, kini Hotman hanya tertawa. Namun, dia sempat merasakan betul dampak buruk perisakan terhadap kondisi mentalnya ketika berkuliah dan baru lulus menempuh studi perguruan tinggi di jurusan hukum.
Pria 58 tahun itu bercerita, dia sempat merasa tertekan dengan komentar berbagai pihak yang mengatakan lulusan jurusan hukum tidak memiliki masa depan. Saking depresinya, Hotman pernah hampir menenggak obat nyamuk untuk mengakhiri hidup.
Namun, dia tersadar untuk tidak melakukannya setelah mendengar senda gurau para tukang becak di depan kamar indekosnya. Dia memutuskan untuk terus berjuang menghadapi tantangan dan bukan mencari jalan pintas untuk lari dari perjuangan hidup.
Sementara, dalam posisi sebagai pelaku perisakan, Hotman mengakui pernah merisak putrinya sendiri dengan cara halus. Dia kerap membanding-bandingkan pencapaian anak dengan prestasi dirinya di masa muda sehingga putrinya stres berat.
Lambat laun, Hotman pun sadar bahwa hal tersebut bukan cara kepengasuhan yang bijak. Berdasarkan pengalaman, dia mengajak semua orang tua menyadari apabila perkataan atau tindakan mereka termasuk kategori perisakan kepada anak.
"Bullying paling banyak terjadi di lingkungan keluarga dan teman dekat, bisa jadi terselubung dan tanpa disadari. Di situlah urgensi orang tua perlu menjaga keluarga," kata pria yang kerap dijuluki pengacara selebritas itu.