Kamis 05 Jul 2018 13:15 WIB

Pria Suka Migrain Miliki Estrogen Lebih Tinggi

Beberapa pria juga mengalami peningkatan testosteron sebelum migrain menyerang

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Sakit kepala migrain
Foto: corbis.com
Sakit kepala migrain

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak wanita merasa migrain atau sakit kepala sebelah dipicu fluktuasi hormon. Sekarang sebuah penelitian kecil menemukan estrogen juga berperan penting dalam migrain pada pria.

Penelitian dilakukan terhadap 39 pria. Peneliti menemukan mereka yang suka migrain memiliki tingkat estrogen lebih tinggi dibanding pria yang jarang migrain. Di sisi lain, kedua kelompok pria ini tetap memiliki testosteron pada level sama.

Penelitian ini menunjukkan pentingnya keseimbangan hormon untuk mencegah migrain pada pria. Fluktuasi hormon sejak lama diketahu memicu migrain pada wanita.

Sekitar tiga per empat penderita migrain adalah wanita, dan lebih dari separuh wanita mengalaminya menjelang masa datang bulan atau menstruasi, berdasarkan data US Office on Women's Health. "Estrogen membuat otak lebih rentan terhadap depolarisasi penyebaran kortikal. Ini menyebabkan gelombang hiperaktif di antara sel-sel di permukaan otak," kata ahli saraf di Leiden University Medical Center di Rotterdam, Belanda, dilansir dari Web MD, Kamis (5/7).

Inilah yang dianggap penyebab dasar migrain. Asisten profesor neurologi Albert Einstein College of Medicine di New York City, Jelena Pavlovic menambahkan penelitian kecil ini telah meneliti peran hormon dalam migrain pada pria. Mereka mengambil sampel darah dari 22 pria tanpa riwayat sakit kepala berulang, dan 17 pria dengan migrain periodik, rata-rata tiga kali sebulan.

Secara keseluruhan, studi menemukan pria yang sering migrain memiliki estradiol - sejenis estrogen - lebih tinggi dibanding pria yang bebas migrain. Tingkat testosteron mereka tetap sama. Temuan ini telah dipublikasikan 27 Juni 2018 di Journal of Neurology.

Faktor-faktor tertentu dapat meningkatkan kadar estrogen pria, termasuk kelebihan lemak tubuh dan usia. Beberapa pria juga mengalami peningkatan testosteron tepat sebelum migrain menyerang. Biasanya ini terjadi pada pria yang menunjukkan gejala pramajana, seperti menguap berlebihan, kelelahan, dan suka makan.

Penelitian lebih besar masih diperlukan untuk memahami bagaimana hormon memicu migrain pada pria. Peneliti mengingatkan masih terlalu dini untuk menjadikan terapi testosteron sebagai solusi untuk menyeimbangkan estrogen pada pria dan menyembuhkan migrain."Studi lebih luas diperlukan lebih dahulu," kata Pavlovic. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement