REPUBLIKA.CO.ID, GUNUNGKIDUL -- Gua Pindul merupakan satu dari sekian banyak tempat wisata favorit di Yogyakarta. Sayangnya, tidak mudah menuju Gua Pindul, terutama bagi para wisatawan yang belum pernah mengunjunginya. Termasuk, jika pengunjung menggunakan panduan map untuk menuju lokasi. Sebab, map yang tersedia di Google sekalipun ternyata tidak menunjuk sampai ke titik utama Gua Pindul, dan hanya di sekitaran kawasan Gua Pindul.
Kesulitan yang ditemui pengunjung kerap bertambah mengingat marka jalan yang terbilang sangat sedikit menunjukkan arah Gua Pindul. Hal ini diperparah dengan penunjuk-penunjuk arah yang ada di jalan-jalan menuju Gua Pindul ternyata tidak menunjukkan arah Gua Pindul. Sebagian besar, penunjuk arah yang dipasang warga itu mengarah ke warung-warung atau bahkan rumah-rumah warga.
Nantinya, jika ada wisatawan yang datang, warga-warga tadilah yang menawarkan diri untuk mengantarkan wisatawan ke Gua Pindul. Walau tidak memungut biaya ke pengunjung, guide-guide dadakan ini biasanya mendapat potongan dari agen-agen wisata di Gua Pindul.
Tentu ini bukan merupakan iklim yang baik, terutama bagi wisatawan-wisatawan yang tidak banyak memahami daerah tujuannya. Selain rawan tindak kejahatan, penunjuk arah yang tidak sesuai kerap membingungkan mereka.
Surya salah satunya, wisatawan dari Kabupaten Ngawi ini mengaku kebingungan untuk bisa menuju Gua Pindul. Sebab, penunjuk-penunjuk arah yang ada di sepanjang jalan malah kerap menunjuk ke warung-warung atau rumah-rumah warga.
Terpaksa, Surya menerima tawaran salah seorang warga yang ada di salah satu warung makan untuk mengantarkannya. Walau tidak dipungut biaya dari guide, Surya yang datang bersama pasangannya menilai harga agen-agen wisata di Gua Pindulnya jadi lebih mahal.
"Soalnya seingat saya tidak sampai seratusan, begitu sampai untuk ke Gua harus pilih paket, seratusan lebih," kata Surya kepada Republika, Selasa (19/6).
Senada, Dina, wisatawan asal Jakarta yang datang bersama saudara-saudaranya, mengaku tadinya hanya menanyakan jalan ke warga-warga sekitar. Namun, warga-warga itu tidak berhenti menawarkan jasa guide, sehingga diterima dengan berat hati.
"Kita bukan minta guide, cuma nanya, tapi ditawarin terus, memang sih tidak bayar tapi jadi kurang nyaman," ujar Dina.
Terpaksa, Dina menerima penawaran itu lantaran kesulitan menuju lokasi karena tidak membawa telpon genggam yang dapat menggunakan map. Walau tidak dipungut biaya dari guide, Dina mengaku harus membayar lebih untuk paket-paket wisata di Gua Pindul.
Pantauan Republika, penunjuk-penunjuk jalan tidak resmi itu kerap dipasang di pohon-pohon atau dipingir-pinggir jalan. Tidak sedikit mobil yang mengikuti arah-arah itu lantaran tidak ada marka jalan resmi yang menunjukkan arah Gua Pindul. Sesampainya di Gua Pindul, ternyata pengunjung tidak dapat pula hanya menikmati Gua Pindul karena sudah disediakan paket-paket wisata.