REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menurut sebuah peneitian, wanita yang rajin bangun lebih pagi cenderung lebih terhindar dari depresi ketimbang mereka yang sering telat bangun. Para ilmuwan mengatakan, paparan sinar matahari mempengaruhi risiko seseorang menjadi depresi, dan wanita yang bangun lebih awal memiliki peluang 12 hingga 27 persen lebih rendah.
Sebuah penelitian terhadap lebih dari 32 ribu wanita dengan usia rata-rata 55 tahun menemukan, mereka yang menggambarkan diri mereka sebagai tipe malam atau menengah lebih mungkin berakhir dengan penyakit mental. Para ilmuwan mengatakan orang-orang yang suka tidur larut dapat membantu mengurangi risiko, adalah dengan bangun lebih awal.
Penelitian juga menemukan bahwa para penyuka begadang cenderung tidak menikah, dan lebih mungkin untuk hidup sendiri. Kemudian menjadi perokok, dan memiliki pola tidur yang tidak menentu, semuanya dapat meningkatkan risiko depresi.
Penelitian ini dilakukan oleh para ilmuwan di University of Colorado Boulder, dan Brigham and Women's Hospital di Boston. Ini adalah penelitian terbesar yang pernah dilakukan tentang jenisnya dan mempelajari pengaruh chronotype seorang wanita, seberapa kali seseorang lebih suka tidur dan bangun, pada risiko depresi.
Peneliti mengklaim chronotype mempengaruhi risiko depresi, bahkan ketika paparan siang hari dan jadwal kerja diambil dari persamaan. Depresi dianggap mempengaruhi satu dari sepuluh orang
"Mungkin ada efek chronotype pada risiko depresi yang tidak didorong oleh faktor lingkungan dan gaya hidup," kata penulis studi utama dan direktur laboratorium tidur universitas, Celine Vetter, dilansir dari laman Daily Mail, Senin (18/6).
Adapun depresi merupakan masalah kesehatan mental yang cukup umum yang dapat mempengaruhi siapa pun pada usia berapa pun. Sekitar satu dari sepuluh orang diperkirakan mengalaminya pada suatu saat dalam kehidupan mereka, dan itu dapat menyebabkan orang merasa kesal, dan kehilangan minat pada hal-hal yang biasa mereka sukai.