REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekitar 30-40 persen keguguran diperkirakan terjadi menjelang 20 pekan kehamilan. Angka ini terbilang tinggi, bahkan keguguran terjadi sebelum wanita menyadari dirinya tengah berbadan dua.
Kebanyakan penyebab keguguran masih misteri. Namun, sebuah penelitian terbaru menyebutkan kekurangan vitamin D bisa menyebabkan risiko keguguran lebih tinggi. Peneliti dari National Institutes of Health (NIH) AS ini menemukan wanita dengan tingkat vitamin D rendah membutuhkan waktu lama untuk hamil, dan berisiko tinggi keguguran.
"Temuan kami menunjukkan vitamin D berperan memproteksi kehamilan," kata peneliti utama studi, Dr Sunni Mumford, dilansir dari Essential Baby, KJumat (15/6).
Wanita dengan vitamin D cukup 10 persen lebih mungkin untuk hamil, dan 15 persen selamat hingga fase melahirkan. Setiap tambahan 10 nanogram vitamin D per mililiter darah 12 persen lebih rendah berisiko rendah keguguran.
Dokter kandungan sekaligus juru bicara Royal Australian and New Zealand College of Obstetricians and Gynaecologists, Philippa Costley mengatakan penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara vitamin D yang diterima tubuh dengan masa depan kehamilan. Dosis vitamin D yang diperlukan juga bervariasi setiap orang, sebab mayoritas vitamin D dihasilkan saat sinar ultraviolet menyentuh kulit.
"Setiap wanita menyerap jumlah vitamin D berbeda, tergantung jenis kulit dan seberapa besar paparan sinar matahari di daerahnya," kata Costley.
Costley mengatakan kebanyakan wanita zaman sekarang menghindari paparan sinar matahari langsung karena alasan gaya hidup, atau mereka memakai pakaian yang sebagian besar menutupi aurat. Sumber vitamin D yang utama adalah matahari, namun sebagian besar juga diperoleh dari makanan, seperti kuning telur, salmon, dan minyak ikan cod.
"Beberapa makanan, seperti susu dan multivitamin kehamilan juga ada yang diperkaya vitamin D," kata Costley.