Rabu 23 May 2018 23:45 WIB

Survei: 60 Persen Pasien Gangguan Tiroid Telat Terdiagnosis

Sebagian besar responden tidak menyadari mengalami gejala gangguan tiroid.

Pengecekan gangguan tiroid. Ilustrasi
Foto: Reuters
Pengecekan gangguan tiroid. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA  -- Sekitar 1,6 miliar orang di dunia diperkirakan berisiko mengalami gangguan tiroid. Sementara ratusan juta orang hidup dengan gangguan tiroid, dimana 60 persen di antaranya tidak terdiagnosis.

Hal itu ditunjukan dalam survei internasional yang diadakan perusahaan sains dan teknologi Merck bersama Thyroid Federation International (TFI). "Hampir 60 persen dari mereka saat ini yang hidup dengan gangguan tiroid tidak terdiagnosis, dan bisa jadi mereka berjuang sia-sia melalui kehidupan sehari-hari tanpa mengetahui akar masalah dari gejala-gejala yang mereka rasakan," kata Presiden TFI Ashok Basheen melalui siaran pers yang diterima Antara di Jakarta, Rabu (23/5).

Survei yang berfokus pada pasien hipotiroid di enam negara ini menunjukkan bahwa 70 persen pasien hipotiroid merasa stres dalam perjalanan untuk sampai dengan terdiagnosis. "Sebelum mendapatkan diagnosis, sebagian besar responden tidak menyadari sama sekali bahwa gejala yang mereka alami akibat gangguan tiroid," kata dia.

Selain itu, banyak pasien menunggu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun sebelum terdiagnosis, dimana 40 persen pasien harus menunggu antara empat bulan dan dua tahun.

Survei ini juga mengungkapkan berbagai hal di mana gangguan tiroid yang tidak terdiagnosis dapat memengaruhi kehidupan sehari-hari seseorang; hampir separuh responden (49 persen) mengatakan bahwa penampilan fisik mereka terkena dampak sebelum terdiagnosis.

Selain itu, 31 persen responden merasa kepercayaan diri mereka terpengaruh oleh gangguan tiroid yang tidak terdiagnosis. Untuk itu Merck Dan TFI melakukan kampanye kesadaran tahunan yang bertujuan menyoroti beberapa aspek gangguan tiroid yang kurang diketahui.

Head of the Global Business Franchise General Medicine & Endocrinology di Merck Francois Feig mengatakan karena gangguan tiroid masih kurang dipahami dan sering tidak terdiagnosis dan diobati, mereka ingin memastikan bahwa publik memiliki informasi yang mereka butuhkan untuk mengenali gejala-gejala yang berkaitan dengan potensi gangguan tiroid.

"Kami berharap pasien dapat memeriksakan diri ke dokter, yang akan melakukan serangkaian tes yang diperlukan, biasanya tes darah sederhana, untuk memeriksa apakah kelenjar tiroid berfungsi dengan normal atau tidak," kata dia.

Di Indonesia, Merck akan melakukan serangkaian kampanye kesadaran melalui seminar dan media sosial, serta menggandeng berbagai pihak seperti Kementerian Kesehatan, Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI), Persatuan Ahli Bedah Onkologi Indonesia (PERABOI), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan Pita Tosca (grup pasien penderita gangguan tiroid di Indonesia).

Selain itu, Merck Indonesia juga meluncurkan situs www.tanyatiroid.com yang berisi informasi mengenai gangguan tiroid termasuk brosur, pemeriksa gejala, dan informasi lainnya yang dapat membantu publik mengidentifikasi gejala-gejala gangguan tiroid.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement