Ahad 20 May 2018 19:25 WIB

Mengenal Barus Lewat Jepretan Kamera

Barus mengalami pasang surut kejayaan dan kemegahannya.

Seorang pengunjung memperhatikan foto karya Hasiholan Siahaan tentang Barus saat pameran foto bertajuk 'Barus Kota Emporium dan Peradaban Nusantara' di Pusat Kebudayaan Prancis, Jakarta, Sabtu (19/5).
Foto: Muhammad Hafil/Republika
Seorang pengunjung memperhatikan foto karya Hasiholan Siahaan tentang Barus saat pameran foto bertajuk 'Barus Kota Emporium dan Peradaban Nusantara' di Pusat Kebudayaan Prancis, Jakarta, Sabtu (19/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jurnalis dan fotografer senior Hasiholan Siahaan XIV, Sabtu (19/5), meluncurkan buku terbarunya di Institut Francais de' Indonesia atau Pusat Kebudayaan Prancis di Jakarta. Buku berjudul 'Barus Kota Emporium dan Peradaban Nusantara' itu mengangkat sejarah dan kondisi Barus di Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatra Utara, saat ini melalui tulisan dan foto.

Sebelum acara peluncuran buku, sejumlah pakar dan aparatur pemerintahan berdiskusi dalam sebuah seminar. Di antaranya yang menjadi pembicara adalah arkeolog Universitas Indonesia (UI) Ghilman Assilmi, Bupati Tapanuli Tengah Bakhtiar Ahmad Sibarani, dan anggota DPR dapil Sumatra Utara II Marwan Dasopang.

Dalam pemaparannya, Ghilman mengatakan Barus adalah suatu kota kecil di pesisir pantai barat Sumatra Utara. Dalam perkembangannya, Barus mengalami pasang surut kejayaan dan kemegahannya.

Di mulai sekitar awal abad masehi hingga abada ketujuh, Barus dikenal sebagai daerah penghasil kapur barus yang menjadi komoditas perdagangan sangat berharga. Di mana, kapur barus dijual hingga ke luar nusantara seperti ke Arab dan Persia.

Belakangan, Barus sempat terlupakan hingga akhirnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada tahun lalu, menetapkan Barus sebagai 'Titik Nol Islam Nusantara'. Yang artinya, ada pengakuan bahwa Islam masuk dan berkembang di Nusantara dimulai dari Barus.

Setelah itu, nama Barus kembali diperbincangkan. Banyak peneliti yang mengambil kajian tentang Barus di samping keindahan alamnya yang membuat wisatawan berdatangan.

"Karena itu, buku 'Barus Kota Emporium dan Peradaban Nusantara' karya Hasiholan Siahaan XIV ini ikut menyumbang literatur penelitian mengenai barus. Tidak hanya tulisan, namun juga dilengkapi dengan foto-foto berkualitas yang mengangkat masa lalu Barus dan kondisinya saat ini," kata Ghilman.

photo
Buku berjudul 'Barus Kota Emporium dan Peradaban Nusantara'.

Bupati Tapanuli Tengah Bakhtiar Ahmad Sibarani berharap, buku karya Hasiholan ini bisa mempromosikan Barus kepada masyarakat Indonesia. Apalagi, setelah Barus ditetapkan menjadi 'Titik Nol Islam Nusantara' oleh Presiden Jokowi tahun lalu, pemerintah daerah sangat semangat untuk mengembangkan Barus menjadi destinasi wisata favorit.

"Kalau melihat tulisan tentang Barus sudah biasa. Tapi saudara Olan (Hasiholan) membuat dari versi foto. Melihat foto-foto itu saya jadi semangat membangun Barus. Karena yang difoto bukan hanya soal obyek wisata alam tapi juga kondisi Barus saat ini seperti masyarakat dan pembangunannya yang masih kurang," kata Bakhtiar.

Secara garis besar, plot buku ini mengambil dua sudut pandang apik yang memadukan Barus yang pernah menjadi pusat peradaban nusantara. Di sisi lain, sudut pandang Barus sebagai sebuah kota kecamatan dengan kondisi nyatanya saat ini.

Buku setebal 100 halaman ini mengangkat Barus sebagai tempat awal masuknya Islam yang ditandai dengan pelabuhan Barus. Kemudian, ada pembahasan mengenai benteng Portugis, kamper Barus, sejarah masuknya agama Kristen Nestorian di Barus, agama-agama kepercayaan pra Islam dan Kristen, hingga pembahasan mengenai raja-raja Sorkam. Semua pembahasan ini dilengkapi dengan foto-foto yang sangat apik yang dijepret oleh Hasiholan.

Selain diskusi dan peluncuran buku 'Barus Kota Emporium dan Peradaban Nusantara', juga diselenggarakan pameran foto di Pusat Kebudayaan Prancis. Berbagai foto jepretan Hasiholan dipamerkan di tempat tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement