REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gedung perkantoran modern kini berlomba ingin tampil berbeda dibandingkan gedung perkantoran lainnya yang dibangun terlebih dahulu. Kondisi itu seolah ingin menjadikan dirinya sebagai ikon bagi gedung perkantoran masa kini.
Kondisi tersebut tersirat dari desain bangunan yang dirancang berpenampilan berbeda dari gedung sekitarnya. Gedung perkantoran pada umumnya saat ini merupakan satu bangunan utuh dengan dominasi dinding kaca berlapis.
Namun, gedung perkantoran saat ini seolah ingin tampil beda. Itu diperlihatkan dari banyaknya tampilan ornamen berbentuk kubus segi empat yang sengaja dibuat menonjol pada bagian dinding luar. “Desain gedung yang besar dipecah menjadi beberapa volume yang lebih kecil,” kata arsitek gedung perkantoran JB Tower, Budiman Hendropurnomo, Sabtu (5/5).
Gedung ini juga menggunakan ornamen ondel-ondel dan abang none Betawi yang ditempatkan mengelilingi gedung perkantoran di bagian fasad. Ornamen tersebut juga ditempatkan di bagian langit-langit yang sekaligus sebagai tirai cahaya lampu.
Rancangan desain gedung yang berada di kawasan Sabang Jakarta pusat ini, tidak terlepas dari imbauan Joko Widodo ketika masih menjabat sebagai Gubernur DKI. Saat itu, para pengembang diimbau dalam membangun hendaknya mengusung suasana daerah lokal.
“Karena di sini Jakarta, ya saya pakai nuansa Betawi,” katanya.
Budiman menerangkan, gedung perkantoran setinggi 36 lantai tersebut mampu menahan gempa bumi hingga kekuatan 8,5 skala Richter. Hal itu merupakan prasyarat bagi gedung bertingkat tinggi modern di kota besar.
Hingga kini, Jakarta masih dianggap sangat menjanjikan bagi para investor bisnis properti, termasuk dalam penyediaan gedung perkantoran untuk disewakan, baik bagi perusahaan lokal maupun multinasional. Dalam tinjauan secara global, pasokan gedung perkantoran di Jakarta terus tumbuh.
Pada akhir 2017 yang lalu, total pasokan perkantoran di kawasan CBD Jakarta telah mencapai 6 jutaan meter persegi. Dalam tahun ini, diperkirakan akan ada penambahan pasokan sekitar 670 ribu meter persegi lagi, sehingga total pasokan pada akhir 2018 akan mendekati angka 7 juta meter persegi.
Hal itu berkat pembangunan infrastruktur dan moda transportasi seperti Mass Rapid Transportation (MRT) dan Light Rapid Transit (LRT) yang melewati kawasan Central Business District (CBD). Peluang inilah yang tak akan dilewatkan para investor properti gedung perkantoran di DKI Jakarta dan sekitarnya.
“Tingkat hunian di kawasan Thamrin lebih dari 90 persen,” kata Direktur Leads Property Darsono Tan. Leads Property adalah agen pemasaran JB Tower.
Menurut Darsono, pertumbuhan ekonomi nasional yang rata-rata berada di angka 5 persen dalam tiga tahun terakhir, dinilai stabil bagi kalangan investor. Banyak di antara mereka yang memindahkan kantornya ke tempat baru yang lebih besar. Mereka adalah perusahaan keuangan, jasa informasi teknologi, pengacara hingga lembaga pemeringkat.
“Di sini unik, lokasi strategis pusat kota, tapi tidak kena ganjil genap,” katanya.