REPUBLIKA.CO.ID, Tato biasanya dijadikan sarana untuk mengekspresikan seni, cinta hingga beragam hal lain. Namun, peneliti asal Swiss mengambil langkah tak biasa dengan mengembangkan tato sebagai media pendeteksi kanker.
Saat ini, tim peneliti asal Swiss tersebut masih mengembangkan 'tato' biomedis pada tikus percobaan. Tato biomedis ini dirancang agar dapat mengenali tanda-tanda awal dari beberapa penyakit, termasuk kanker.
Tato biomedis ini pada dasarnya merupakan sebuah implan yang terbuat dari sel-sel yang telah 'ditempeli' oleh sensor. Sensor ini memiliki kemmapuan untuk mengukur kadar kalsium dalam darah.
Peningkatan kadar kalsium dalam darah dapat mengindikasikan suatu kondisi bernama hiperkalsemia. Hiperkalsemia merupakan salah satu marker dari beberapa jenis kanker dan beberapa jenis penyakit lain.
Hiperkalsemia yang bisa dikenali oleh tato biomedis ini adalah hiperkalsemia ringan. Hal ini dinilai penting karena hiperkalsemia tidak disertai oleh gejala sehingga jarang disadari.
"40 persen dari semua kanker, termasuk kanker kolon, kanker paru, kanker payudara dan kanker prostat, menganggu keseimbangan kalsium (homeostasis)," papar ketua peneliti dari departemen ilmu biosistem dan engineering di ETH Zurich, Martin Fussenegger seperti dilansir WebMD.
Tato biomedis ini pada dasarnya tidak terlihat ketika dimasukkan ke bagian bawah kulit. Tato biomedis baru terlihat di permukaan kulit ketika kadar kalsium dalam darah meningkat. Kemunculan tato biomedis ini dapat menjadi tanda bahwa suatu jenis kanker mulai berkembang.
Tanda berwarna gelap dari implan tato biomedis ini muncul ketika peningkatan kadar kalsium dalam darah terus berlangsung. Tanda berwarna gelap ini berasal dari melanin yang dilepaskan oleh implan tato biomedis ketika peningkatan kadar kalsium dalam darah terjadi.
Meski menjanjikan, tim peneliti belum bisa memastikan apakah implan tato biomedis ini dapat menjadi alat diagnostik yang akurat. Penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk membuktikan efektivitas dari implan tato biomedis ini.
Beberapa ahli menilai terobosan-terobosan dalam dunia kedokteran merupakan hal yang baik. Namun beberapa ahli juga mengkritisi jika deteksi dini kanker dengan hanya memanfaatkan kadar kalsium yang tinggi tidak selalu efektif. Alasannya, peningkatan kadar kalsium baru terjadi ketika penyakit sudah berkembang untuk beberapa jenis kanker.
"Kanker ginjal, contohnya, hanya menunjukkan kadar kalsium yang tinggi setelah penyakit tersebut berprogres," jelas spesialis onkologi dari Cancer Research Foundation Dr Janice Dutcher.
Hal yang sama juga diungkapakn oleh penasihat medis senior dari American Lung Associaton Dr Norman Edelman. Berdasarkan pengalamannya, Edelman mengatakan hiperkalsemia yang terkait tumor baru terjadi ketika kanker sudah mencapai stadium lanjut, yang artinya kanker sudah menyebar.
"Itu juga temuan yang terlambat untuk kanker ginjal," tukas Edelman.