Selasa 10 Apr 2018 10:35 WIB

Pemerintah Tetapkan Tiga Destinasi Wisata Kuliner Indonesia

Pertimbangan budaya dan aspek komersial menjadi alasan penentu.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Indira Rezkisari
Nasi sela, kuliner khas Bali yang merupakan perpaduan antara nasi bumbu dengan ubi ungu.
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Nasi sela, kuliner khas Bali yang merupakan perpaduan antara nasi bumbu dengan ubi ungu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jika berkesempatan melakukan wisata kuliner di dalam negeri, kota-kota manakah yang menjadi destinasi wisata kuliner yang ingin dikunjungi? Masih bingung, jangan khawatir saat ini Kementerian Pariwisata Republik Indonesia sudah menetapkan tiga destinasi wisata kuliner Indonesia.

Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya mengatakan kuliner masih menempati urutan momor satu sebagai pemberi kontribusi sektor ekonomi kreatif di Indonesia. Tahun 2014 sampai awal 2015 kontribusi ekonomi kreatif menyumbang tujuh persen ke PDB, sekitar 32 persen didalamnya diperoleh dari kuliner dan nomor duanya masih ditempati oleh mode disusul oleh kriya. Bahkan data tahun 2017, kuliner melompat cukup tinggi kontribusi naik hingga memberi kontribusi 42 persen dari ekonomi kreatif Indonesia.

Pencapaian tersebut perlu didukung pemerintah agar hasilnya lebih optimal. Sebelumnya Indonesia tidak memiliki destinasi wisata kuliner yang pasti. Hal ini disebabkan oleh sangat beragamnya makanan di Indonesia. "Karena kebanyakan makanan jadi bingung sendiri," ujarnya.

Akhirnya Kemenpar pun menetapkan destinasi wisata kuliner Indonesia. Pihaknya menetapkan 10 destinasi wisata kuliner. Penetapan itu banyak diprotes karena ada lebih banyak daerah lagi yang merasa belum dimasukkan ke daftar.

Baca juga: Ketika Nasi Kuning Berubah Wujud Menjadi Keripik

"Kalau kami tidak tetapkan lebih buruk lagi. Saya tetapkan 10 saya menjadi tidak populer. Mending saya tidak populer dari pada kehilangan identitas bangsa Kalau kamu inginkan semua, akan kehilangan semua," ujarnya.

Dari 10 destinasi wisata kuliner akhirnya diseleksi lagi menjadi tiga destinasi kuliner utama yaitu Bali, Bandung, dan Yogyakarta. Alasan pemilihannya, Arief Yahya mengatakan karena pertimbangan budaya dan komersial.

Ketua Tim Percepatan Pengembangan Pariwisata Kuliner dan Belanja Kementerian Pariwisata RI, Vita Datau Messakh, mengatakan destinasi yang ditetapkan tidak hanya sekedar karena mereka suka ke Bali, Yogyakarta dan Bandung. Namun karena memang ada tim yang dibentuk tahun 2015. Tim bekerja selama setahun untuk menilai destinasi kulinernya yang cukup didengar orang.

"Kami bicara produk, pelaku dan pemda penting. Tiga penting punya makanan top populer. Punya pelaku tentu ada bisnis. Lokusnya. Mau makan tempat ada. Kami lakukan kurasi pelaku termasuk kebersihannya" jelasnya.

Selain itu komitmen pemda juga penting. "Kalau sudah dietapkan jadi destinasi wisata kuliner tidak ada follow up. Buat kita sia-sia. Komitmen pemda cukup tinggi 35 persen pemda. Itu sebabnya semua destinasi yang sudah ditetapkan tetapkan MOU. Tidak bisa didiamkan harus ada followupnya. Tahun 2016 ditetapkan, dikerjakan followup-nya disertifikasi oleh Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO)."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement