REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Sektor pariwisata Nusa Tenggara Barat (NTB) tengah naik daun dalam beberapa tahun terakhir. Keberhasilan NTB meraih sejumlah penghargaan tingkat dunia untuk kategori destinasi wisata halal terbaik dan destinasi bulan madu halal terbaik menjadi beberapa alasan.
Kenaikan tingkat kunjungan pun tercipta. Dari sekitar 500 ribu kunjungan pada 2008 menjadi 3,5 juta wisatawan pada 2017. Tak sekadar menawarkan keindahan alam berupa pasir putih, pantai yang jernih, pulau-pulau kecil yang disebut gili, gugusan bukit nan hijau, serta kekayaan budaya hingga aneka kuliner lezat, kemajuan sektor pariwisata NTB juga ditopang dengan semakin banyaknya penerbangan langsung di Bandara Internasional Lombok.
Selain kawasan Gili Trawangan, Pantai Senggigi, dan Gunung Rinjani yang sudah lebih dahulu populer, NTB kini memiliki jagoan baru, kawasan ekonomi khusus (KEK) Mandalika.
Sejak diresmikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Oktober lalu, kawasan yang berada di Kabupaten Lombok Tengah ini terus berpacu melengkapi sejumlah sarana dan prasarana berkelas dunia untuk memanjakan para wisatawan.
Sejumlah hotel bertaraf internasional sedang dan akan dibangun, menyusul Masjid Nurul Bilad yang sudah terlebih dahulu berdiri dengan tatanan arsitektur khas Lombok karena terinspirasi dari masjid kuno Bayan.
BUMN yang mengelola KEK Mandalika, PT Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) sendiri telah menyiapkan cluster halal seluas 300 hektare dari total 1.175,23 hektare luas lahan KEK Mandalika.
Dari informasi di atas terbayang betapa menariknya KEK Mandalika ke depan. Perbandingan dengan Nusa Dua di Bali, KEK Mandalika memiliki luas tiga kali lipat dari Nusa Dua, dan juga direncanakan adanya sirkuit MotoGP.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) NTB Lalu Abdul Hadi Faesal memiliki harapan agar KEK Mandalika bisa segera beroperasi penuh mengingat dampak yang dihasilkan akan sangat luar biasa bagi dunia pariwisata di NTB.
Meski begitu, Hadi menilai, ITDC perlu juga mengarahkan sasaran pada segmentasi para pensiunan dari berbagai belahan dunia. Kata Hadi, pasar ini sangat potensial. Untuk ini, lanjut Hadi, ITDC perlu membangun komunikasi baru dengan negara Asia lainnya seperti Jepang yangg mempunyai dana pensiun sangat besar.
"Kalau kita melihat contoh kawasan wisata Hawai di mana 60 persen wisatawannya berasal dari Jepang yang sebagian besar itu para pensiunan menengah ke atas yang mempunyai skill individu yang bagus," ujar Hadi, Jumat (6/4) malam.
Tak ada salahnya, kata Hadi, jika KEK Mandalika menawarkan sedikitnya 50 hektare kepada pihak dana pensiun Jepang untuk menjadi investor dengan fasilitas rumah sakit bertaraf internasional."Ini akan dapat menarik investor besar lainnya untuk berinvestasi di Mandalika," lanjut Hadi.
Hadi menambahkan, pada umumnya para pensiunan di Jepang memiliki skill individu yang bagus dan memberikan ilmu pengetahuan kepada masyarakat NTB, baik itu soal pertanian, hingga budidaya mutiara.
"Ini akan membuat betah untuk mereka bisa tinggal berlama-lama di Lombok. Saya yakin Mandalika akan dikunjungi para pelancong berkelas," ucap Hadi.
Gagasan ini, menurut Hadi, harus didukung dengan perpanjangan landasan pacu di Bandara Internasional Lombok menjadi 3.000 meter hingga 3.200 meter agar bisa menarik penerbangan langsung dari Narita, Jepang dan negara-negara di timur tengah, maupun Australia.
Hadi optimistis sektor pariwisata NTB akan terus berkembang mengingat komitmen dan keseriusan pemerintah pusat dan juga pemerintah daerah bersama seluruh elemen pariwisata yang ada di NTB.
Sebagai destinasi wisata yang sedang berkembang, NTB khususnya Pulau Lombok menjadi pilihan tepat bagi para wisatawan pensiunan dari berbagai negara. Berbeda dengan daerah lain yang sudah lebih dahulu mengembangkan pariwisatanya, kondisi di Lombok masih relatif sepi dengan akses jalan yang mulus. Di beberapa destinasi di Lombok bahkan dikenal menjadi surganya para pensiunan. Ambil contoh Gili Meno di Kabupaten Lombok Utara.
Meski bersebelahan dengan Gili Trawangan yang dikenal sebagai tempat berpesta penuh hingar bingar, suasana Gili Meno jauh lebih tentram dan kerap dimanfaatkan para pensiunan maupun pasangan suami istri yang baru menikah untuk berbulan madu.