REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara ekslusif ternyata dapat menurunkan resiko obesitas pada bayi, terutama yang lahir dengan bobot dan ukuran tubuh besar. Hal ini seperti terungkap dalam studi yang dilakukan oleh tim peneliti dari Ewha Womans University College of Medicine, Seoul, Korea Selatan.
Penelitian tersebut melibatkan sekitar 38 ribu bayi. Tim peneliti pun terus memonitor kondisi bayi dari usia satu hari hingga enam tahun. Tidak hanya itu, bayi-bayi tersebut dikelompokan menjadi tiga kelompok besar, berdasarkan berat badan mereka pada saat baru lahir.
Kelompok pertama, bayi dengan bobot berat badan rendah, yaitu kurang dari atau sama dengan 2.500 gram. Kelompok kedua, bayi dengan berat badan normal, di antara 2.500 gram dan 4.000 gram. Sementara kelompok ketiga, bayi dengan bobot berat badan yang besar, mulai dari 4.000 gram ke atas.
Berdasarkan hasil pemantauan terhadap kelompok-kelompok tersebut, tim peneliti menemukan kelompok ketiga lebih rentan dan memiliki resiko tinggi mengalami obesitas atau kelebihan berat badan pada usia enam tahun, dibanding dengan dua kelompok lainnya.
Di sisi lain, bayi dengan berat badan rendah cenderung memiliki berat badan yang kurang ideal pada saat mereka telah berusia enam tahun.
Namun, tim peneliti mendapati 10 persen bayi dari kelompok pertama dan 15 persen bayi dari kelompok kedua tumbuh menjadi anak yang memiliki berat badan berlebih atau obesitas. Sedangkan, lebih dari 25 persen bayi di kelompok ketiga, atau yang memiliki berat badan besar, ternyata mengalami obesitas pada saat mereka berusia enam tahun.
Kendati begitu, tim peneliti juga menemukan, risiko mengalami obesitas pada bayi dengan berat badan besar menurun secara drastis jika mereka mendapatkan ASI ekslusif, paling tidak pada enam bulan pada masa awal pertumbuhan mereka.
Berdasarkan hasil temuan ini, tim peneliti berkesimpulan menyusui anak dapat menjadi cara yang efektif untuk membantu menurunkan resiko obesitas pada anak-anak, bahkan sejak awal masa pertumbuhan mereka. ''Meningkatnya prevalensi anak-anak yang mengalami kelebihan berat badan dan obesitas, yang dimulai pada 1970, terus terjadi hingga saat ini. Bahkan, obesitas sudah menjadi epidemik global. Obesitas yang terjadi pada masa kanak-kanak akan terus berlanjut hingga dia dewasa, dan hal ini menjadi salah satu faktor penyebab munculnya berbagai penyakit,'' tulis keterangan dari tim peneliti seperti dikutip Inquirer, Jumat (23/3).
Temuan ini pun semakin melengkapi berbagai penelitian sebelumnya mengenai manfaat ASI terhadap kesehatan dan tumbuh kembang bayi. Sebelumnya, sejumlah penelitian berhasil mengungkapkan manfaat kesehatan ASI terhadap tumbuh kembang bayi. Mulai dari mengurangi resiko terkena eczema pada anak-anak, melindungi dari polusi udara, meningkatkan pertumbuhan otak pada anak, hingga menurunkan resiko leukemia pada anak-anak.