Rabu 21 Mar 2018 08:45 WIB

Cerita Kelam Benteng Moraya di Tondano Utara

Moraya berarti genangan darah yang tumpah karena mempertahankan Tanah Air.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Indira Rezkisari
Benteng Moraya berada di Tondano Utara, Minahasa, Sulawesi Utara. Salah satu tempat wisata yang bersejarah bagi masyarakat Minahasa.
Foto: Republika/Dwina Agustin
Benteng Moraya berada di Tondano Utara, Minahasa, Sulawesi Utara. Salah satu tempat wisata yang bersejarah bagi masyarakat Minahasa.

REPUBLIKA.CO.ID, TONDANO -- Benteng Moraya merupakan destinasi wisata yang menjadi daya tarik bagi warga lokal Sulawesi Selatan atau wisatawan dari luar daerah. Dengan pelbagai sisi yang bagus untuk jadi tempat berfoto, ternyata ada sejarah kelam di balik keberadaannya.

Tempat yang berada di Tondano Utara, Minahasa, Sulawesi Utara tersebut merupakan tempat bersejarah bagi masyarakat Minahasa. Meski sudah tidak ada jejak bentuk benteng, masih tersimpan bukti-bukti sejarah yang tersisa.

Jika wisatawan menginjakkan kaki pertama kali di lokasi yang berada tepat di sisi Danau Tondano itu, maka tulisan besar Benteng Moraya berwarna merah langsung menyambut. Tepat di belakangnya, berdiri 12 pilar yang memperlihatkan ukiran-ukiran gambar dan tulisan yang berbeda-beda.

Jika diperhatikan dengan seksama, pilar tersebut mencoba memperlihatkan cerita ulang tentang Perang Tondano yang akhirnya melahirkan objek wisata itu. Cerita dimulai dari perang Tondano pertama (1661-1664) hingga perang Tondano ke empat (1807-1809).

"Ini merupakan pertahanan terakhir masyarakat Minahasa melawan Belanda, meski mendapat gempuran, mereka bisa bertahan," kata salah satu warga Minahasa Lefrando Andre Gosal.

Lefrando yang juga Ketua Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Wilayah Sulawesi Utara itu menjelaskan, kata Moraya pun merujuk pada peristiwa tersebut. Moraya diartikan sebagai genangan darah dan itu memperlihatkan peritiwa kelam yang menghilangkan banyak nyawa bagi pejuang-pejuang pria atau wanita.

Selain pilar-pilar yang berdiri kokoh, ada pula sebuah bangunan berlantai empat yang bisa dinaiki pengunjung untuk melihat keseluruhan wilayah Benteng Tondano. Di samping itu, jika berjalan ke bagian belakang, akan terlihat sebuah amfiteater dan pusat kuliner.

Hal lain yang menarik, terdapat kuburan-kuburan kuno (Waruga) yang disusun ulang untuk memperlihatkan kekayaan budaya Minahasa. Kuburan tua itu terdiri dari satu batu berbentuk segi empat dengan bagian tengahnya berlubang untuk menyimpan mayat, dan ditutup dengan batu berbentuk seperti atap rumah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement