REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES -- Rangkaian kasus yang menimpa Harvey Weinstein memberikan efek yang begitu besar bagi perusahaan yang didirikannya, The Weinstein Company (TWC). Perusahaan tersebut mengajukan kebangkrutan pada hari Senin (19/3).
TWC mencari perlindungan dari kebangkrutan karena menderita kejatuhan setelah kasus pelecehan dan kekerasan seksual yang dilakukan pendiri sekaligus pemegang sahamnya. Perusahaan tersebut berjuang untuk menemukan pembeli.
"Dewan memilih Lantern sebagian karena komitmen Lantern untuk menjaga aset dan karyawan sebagai kelangsungan hidup," kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Aceshowbiz, Selasa (20/3).
Perusahaan yang berdiri sejak 2005 itu mencari bantuan dengan penjualan terorganisir dengan menggunakan bantuan pengalihan kepada Lantern Capital Partners. Perusahaan lain akan dapat mengajukan penawaran pada suatu lelang setelah seorang hakim meninjau prosedur penawaran dan keberatan apa pun.
"Perusahaan berharap proses penjualan yang teratur ini di bawah pengawasan Pengadilan Kepailitan akan memungkinkannyauntuk memaksimalkan nilai aset Perusahaan untuk kepentingan kreditur dan pemangku kepentingan lainnya," ujar TWC.
Pendiri Lantern Andy Mitchell dan Milos Brajovic mengatakan, jika mereka merasa terhormat dipilih sebagai penawar untuk proses bisnis perusahaan tersebut. Dalam beberapa bulan ke depan Lantern akan melakukan evaluasi agar bisa memberikan solusi bersama.
Selain penjualan aset untuk menghindari kebangkrutan, TWC pun mengumumkan akan membebaskan karyawannya dari perjanjian. Dengan begitu para korban yang mengungkap skandal Harvey dapat bersura di pengadilan sebagai saksi.
"Tidak ada yang harus takut untuk berbicara atau dipaksa untuk tetap diam. Perusahaan berterima kasih kepada para individu yang berani yang telah maju. Suara Anda telah mengilhami sebuah gerakan untuk perubahan di seluruh negeri dan di seluruh dunia," kata perusahaan itu.