Senin 19 Mar 2018 20:38 WIB

Goresan Kopi Wirastho pada Sehelai Lukisan

Endapan kopi menjadi bahan cat untuk membuat lukisan.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Indira Rezkisari
Lukisan kopi karya seniman Kota Malang, Wirastho dipamerkan di Sarinah Mall Kota Malang lantai 2.
Foto: Republika/Wilda Fizriyani
Lukisan kopi karya seniman Kota Malang, Wirastho dipamerkan di Sarinah Mall Kota Malang lantai 2.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Kebiasaan meminum kopi tentu sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia. Hampir sebagian masyarakat pernah mencicipi kenikmatan minuman itu. Berbeda dengan minuman kopi, lalu bagaimana dengan lukisan kopi?

Di Malang terdapat seniman Wirastho (39) yang telah lama menggeluti dunia lukis dengan goresan kopinya. Karya-karyanya ini kini masih terpampang di Sarinah Mall Kota Malang, tepatnya di lantai dua. Berbagai lukisan dengan tema realisme sosial terlihat nyata di beberapa sudut.

Lulusan Universitas Negeri Malang (UM) ini mengutarakan, minat melukis sudah muncul sejak 1999. Wirastho mulanya itu seorang pecandu rokok yang telah memulai aktivitas tersebut sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Karena penyakit liver yang dideritanya, pria asli Ponorogo ini pun memutuskan berhenti merokok.

Sebagai bentuk pengalihannya, Wirastho pun mulai tertarik menulis dengan menggunakan endapan kopi. Hal ini lebih tepatnya terinspirasi dari kebiasaan masyarakat Jawa, yakni cethe rokok.

"Masyarakat agraris biasanya selesai menanam padi akan menghabiskan waktu di warung kecil. Sambil ngobrol, merokok serta ngopi, mereka akan melakukan cethe, mengoles kopi pada batang rokok untuk menambah kenikmatan," ujar pria yang lahir pada 1979 ini.

Melihat aktivitas ini, Wirastho mulai tertarik melakukan kegiatan tersebut sejak 1999. Dalam hal ini terlepas dengan kemampuan dasarnya pada bidang seni rupa. Fokus Wirastho pada bidang seni rupa sebenarnya di aspek patung dan fotografi.

Untuk menghasilkan karya lukisan kopi, Wirastho mengungkapkan, hanya membutuhkan kertas atau kanvas, endapan kopi, lem kayu dan semprotan anti jamur. Tak ada spesifikasi khusus pada jenis kopinya, yang penting berefek baik pada lukisan.

Kopi pada awalnya diseduh lalu dibiarkan mengendap selama beberapa waktu. Setelah sudah terlihat bentuk endapannya, ampas kopi dipindahkan ke piring kecil. Lalu tak lupa memasukkan lem kayu secukupnya untuk melukis sehingga ampas kopi dapat menempel pada kertas atau kanvas.

Sebelum memilih lem kayu, Wirastho sempat uji coba menggunakan putih telur. Namun sayangnya putih telur mudah terserang jamur dan rayap. Dalam hal ini, bukan pada kopi yang sudah pasti mudah terserang jamur tapi lemnya.

Sementara ihwal pencegahan jamur pada kopi, Wirastho sudah menyiapkannya dengan kertas anti jamur. Dia juga selalu menyiapkan satu botol semprotan berisi anti jamur khusus lukis yang berukuran 160 mililiter. Satu botol ini biasanya dipakai untuk enam lukisan.

Untuk melukis sendiri, Wirastho menilai, tak ada bedanya dengan cara lain. Terkadang dia membuat pola gambar terlebih dahulu sebelum akhirnya mengoles kopi pada kertas atau kanvas tersebut. Langkah selanjutnya, membiarkan lukisan kering hingga pada akhirnya disemprot dengan anti jamur pada hari kedua atau ketiga. "Lalu dimasukkan ke dalam bingkai," jelasnya.

Hingga kini, sekitar 100-an lukisan kopi berhasil diciptakan Wirastho. Dalam menyelesaikan satu lukisan, dia mengaku tak selalu sama. Beberapa di antaranya hanya menghabiskan waktu beberapa hari sedangkan lainnya dapat mencapai dua tahun.

Wirastho dalam kehidupan sehari-hari tak sekedar seniman lukis, patung atau fotografi semata. Dia juga memiliki kedai kopi yang sudah dibuka sejak 2012. Kedai Cangkir Laras ini berdiri di Jalan Bogor atas Kota Malang, dekat Malang Town Square (Matos).

Dengan lukisan, Wirastho setidaknya dapat menyampaikan doa dan pesan yang diharapkan dapat terwujud. Apalagi kebanyakan lukisan yang dimunculkan Wirastho bertemakan sosial.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement