Jumat 09 Mar 2018 02:32 WIB

Benarkah Tusuk Jari Sebagai Pertolongan Pertama Strok?

Stroke adalah suatu kondisi di mana pasokan darah ke otak terhenti.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Winda Destiana Putri
Stroke
Foto: www.manufacturingtoday.com.ng
Stroke

REPUBLIKA.CO.ID, Penanganan serangan strok harus dilakukan dengan cepat dan tepat agar kerusakan pada otak bisa diminimalisasi. Menurut informasi yang beredar luas di masyarakat, salah satu pertolongan pertama untuk orang yang mengalami serangan strok adalah mengeluarkan darah dengan menusukkan jarum pada jari orang tersebut. Benarkah informasi ini?

"Itu tidak ada dasarnya," bantah Direktur Utama RS Pusat Otak Nasional dr Mursyid Bustami SpS(K) KIC MARS usai sosialisasi kampanye Strike back at Stroke di Neo Soho Mall belum lama ini.

Mursyid mengatakan stroke adalah suatu kondisi di mana pasokan darah ke otak terhenti akibat pembuluh darah otak mengalami penyumbatan atau pecah. Tindakan mengeluarkan darah dengan menusuk jari tidak akan memberi pengaruh apa-apa terhadap orang yang mengalami serangan strok.

"Yang terjadi itu ada sumbatan di otak, atau pecahnya pembuluh darah di otak. Apa hubungannya dengan mengeluarkan darah?" ungkap Mursyid.

Satu-satunya pertolongan pertama yang perlu diberikan kepada orang yang mengalami serangan strok adalah membawa orang tersebut ke rumah sakit. Dengan begitu, orang yang mengalami serangan strok bisa segera mendapatkan penanganan medis yang tepat dan cepat.

Hal ini penting dilakukan karena semakin lama pasien serangan stroke tertangani, semakin banyak pula bagian otak yang akan mengalami kerusakan. Di sisi lain, periode emas untuk mengobati pasien serangan stroke cukup singkat.

"Golden period 4,5 jam," terang Mursyid.

Saat ini, strok masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang utama di Indonesia. Strok juga merupakan penyebab dari 23 persen kematian di Indonesia. Survei yang dilakukan pada 2014 lalu menunjukkan bahwa strok merupakan pembunuh nomor satu pada laki-laki maupun perempuan.

Yang lebih mengkhawatirkan, saat ini kasus strok makin banyak ditemukan pada usia muda, yaitu di bawah 44 tahun. Penerapan pola hidup yang tidak sehat dicurigai menjadi salah satu pemicu terjadinya peningkatan stroke di usia muda ini.

Meski beberapa faktor risiko stroke tak bisa diubah, pencegahan strok bisa dilakukan dengan menjauhi beragam faktor risiko strok yang bisa diubah. Faktor-faktor risiko ini meliputi hipertensi, kolesterol tinggi, diabetes mellitus tipe 2, kebiasaan merokok, kebiasaan minum alkohol dan pola hidup sedentari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement