Kamis 08 Mar 2018 15:42 WIB

Upaya Preventif Cegah Gagal Ginjal pada Ibu Hamil

Dokter puskesmas ibaratnya serdadu yang perlu diberi senjata ampuh.

Rep: Neni Ridarineni/ Red: Yusuf Assidiq
Ginjal
Ginjal

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Selama ini, kasus gagal ginjal pada ibu hamil tercatat cukup tinggi yakni sekitar 5-10 persen. Hal tersebut dikarenakan ibu hamil mengalami hipertensi emergency atau preeklamsia yang tidak ditangani dengan segera.

Halitu disampaikan Ketua Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri), Iri Kuswadi, di sela acara 'Simposium Kesehatan Reproduksi dan Ginjal pada Wanita' dalam rangka Hari Ginjal Sedunia, di ruang seminar RSUP Dr Sardjito, Yogyakarta, Kamis (8/3).

Kegiatan ini turut mengundang para dokter puskesmas di DIY. Ia menambahkan, terjadinya gagal ginjal pada ibu hamil juga sering berakibat kematian pada bayi yang dilahirkan atau bahkan ibu yang melahirkan. 

"Padahal hal itu bisa dicegah. Karena itu, dokter di puskesmas yang berada di pelayanan kesehatan primer diharapkan bisa melakukan upaya promotif dan preventif terjadinya kasus gagal ginjal pada ibu hami," kata Iri.

Menurut dia, terdapat kekhususan obat hipertensi bagi ibu hamil yang berbeda dengan obat hipertensi. Ada obat-obatan antihipertensi yang pada orang umum biasanya merupakan indikasi, tetapi pada ibu hamil menjadi kontra indikasi.

Pada kesempatan itu pula, pihaknya melakukan sosialisasi kepada para dokter di PPK I (puskesmas, red.) hendaknya mereka menggunakan obat yang direkomendasikan bagi ibu hamil yang menderita hipertensi.

"Karena obat hipertensi banyak. Sebenarnya obat hipertensi bagi ibu yang hamil sudah disiapkan oleh BPJS di puskesmas, tetapi kadang dokter kurang memahami," jelasnya.

Ketua Panitia Hari Ginjal Sedunia RSUP Dr Sardjito, Heru Prasanto, dalam sambutannya mengatakan tujuan utama dalam peringatan Hari Ginjal Sedunia yang jatuh pada 8 Maret, bersamaan dengan Hari Perempuan Sedunia, adalah memberikan promosi dan edukasi tentang ginjal dan kesehatan wanita.

Ia menekankan, bahwa perempuan memiliki risiko terkena gangguan ginjal lebih tinggi daripada laki-laki seperti adanya gangguan lupus dan penyakit lainnya termasuk preeklampsia. Yang jelas risiko kehamilan yang bisa berakibat pada gangguan ginjal ini bisa dicegah bila diketahui sejak awal.

"Kami melihat teman-teman di PPK I (puskesmas, dokter keluarga, klinik) merupakan ujung tombak dari segala kegiatan promotif dan preventif," katanya.

Heru menegaskan, dokter puskesmas ibaratnya serdadu yang perlu diberi senjata ampuh. Karena itu, dalam symposium ini diharapkan para dokter puskesmas di DIY bisa mendapatkan informasi terkait penanganan hipertensi/infeksi saluran kemih pada kehamilan, hamil, dan gangguan ginjal, juga manajemen terapi pengganti ginjal pada pasien wanita dengan kehamilan.

Sementara itu, Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat (BPPM) DIY, Arida Oetami, menambahkan kasus kematian ibu salah satunya terkait dengan eklamsia dan preeklamsia (komplikasi kehamilan akibat tekanan darah tinggi ataupun hal lain).

Dalam rangka Hari Ginjal Sedunia, Pernefri Korwil Yogyakarta dan Jawa Tengah bagian selatan bekerja sama dengan BKPM DIY bakal menyelenggarakan berbagai kegiatan terutama untuk menurunkan kasus kematian ibu yang terkait gangguan ginjal. Antara lain update pengetahuan untuk dokter di puskesmas, skrining protein urin pada ibu usia produktif sekitar 100 orang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement