REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dari peritel mode hingga toserba dan bahkan supermarket, bukan rahasia lagi mereka menggunakan teknik cerdas untuk membuat pembeli menghabiskan lebih banyak uang. Sudah berapa kali Anda masuk ke supermarket luntuk membeli susu dan pergi dengan sekantong penuh berisi barang-barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan?
Banyak orang yang melakukan hal sama, merekalebih banyak mendapatkan dorongan impulsif daripada memenuhi kebutuhan. Ada serangkaian trik yang dilakukan penjual agar pembeli tidak hanya keluar dengan barang yangdibutuhkan saja.
Penulis buku The Choice Factory Richard Shotton menyatakan, cara terbaik untuk terhindari itu adalah menyadari bagaimana Anda benar-benar membuat keputusan. Kemudian, kenali sebanyak mungkin trik toko yang halus, namun, umum dilakukan.
Perbandingan Harga
Supermarket rata-rata memiliki begitu banyak barang, sehingga tidak ada cukup waktu bagi pembeli untuk mempertimbangkan apa yang diinginkan dengan cara yang logis. Menurut Shotton inilah yang diandalkan oleh peritel.
"Psikolog tahu kebanyakan orang tidakmemiliki gagasan tetap tentang apa yang setara dengan nilai bagus. Orang tidak berjalan-jalan di toko yang mengira mereka akan menghabiskan satu pound per unit kebahagiaan. Sebaliknya, mereka menilai dengan membandingkan barang menjadi persaingan," kata Shotton dikutip dari The Independent, Rabu (7/3).
Pengaruh Musik
Pernahkan Anda bertanya-tanya, mengapa banyak supermarket, mal, bahkan minimarket menyetel lagu di toko mereka? Itu bukan tanpa alasan, sebab percaya atau tidak, musik dapat memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap perilaku belanja seseorang.
Shotton mengacu pada sebuah studi yangdilakukan oleh Adrian North. Dia melakukan percobaan dengan membujuk sebuah supermarket untuk bergantian antara bermain musik Prancis dan Jerman di bagian anggur.
Data tersebut mengungkapkan, musik akordeon dimainkan, anggur Prancis lebih populer. Namun, ketika mereka beralih ke musik oompah, anggur Jerman terjual lebih banyak. "Isyarat halus memiliki pengaruh yang mengejutkan," kata Shotton.
Presepsi Harga
Shotton mengatakan, pembeli mengandalkan serangkaian jalan pintas untuk membuat keputusan. Hal itu adalah jalan pintas yang rentan terhadap bias yang kemudian dapat digunakan oleh peritel untuk mendorong pembeli berbelanja lebih banyak.
Misalnya, saat Anda makan di restoran, mereka akan menyarankan sebuah menu yang terlihat menaik, itu akan mempengaruhi jumlah pengeluaran Anda. "Inilah dua contohnya. Menu sering menempatkan barang mahal di bagian atas, bukan dengan tujuan menjual barang itu, tapi untuk membuat hal lain tampak lebih baik nilainya," ujar Shotton menjelaskan.
Cara lainnya, terkadang beberapa menu menghapus tanda harga. sebab, menurut Shotton, ada bukti yang membuat pengunjung kurang sensitif terhadap harga. Untuk mengatasi itu, sebaiknya ungkapkan apa yang diinginkan, sehingga jika harganya tinggi biasanya mereka akan mengingatkan terlebih dahulu.