REPUBLIKA.CO.ID, Terik mentari siang yang terasa membakar kulit, lamat-lamat mulai terkikis. Hembusan air condioner di aula bangunan yang memiliki ketinggian mencapai 12 meter itu mulai memberi kenyamanan tersendiri.
Siang itu, keramaian orang mulai memadati sudut-sudut ruang aula. Diselingi oleh senandung lagu-lagu lawas karya David Foster yang terdengar menggema ke seluruh ruang telah menandai prosesi awal untuk memperkenalkan kembali bangunan tua bernama De Tjolomadoe.
De Tjolomadoe merupakan ejaan lama yang pernah dilekatkan kepada bangunan yang pernah berjaya sebagai pabrik gula terbesar di Asia pada dasawarsa 1920-an. Sebelum ejaan lama itu dilekat, bangunan eks pabrik gula yang terletak di wilayah Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, itu lebih dikenal dengan nama pabrik gula Colomadu.
Kini, nama itu telah dikembalikan ke asalnya seiring telah tuntasnya proses revitalisasi bangunan tua yang telah dilakukan sejak April 2017. "Tempat ini sekarang sudah bisa dinikmati buat masyarakat umum," kata Tumiyana, presiden direktur PT PP (Persero) Tbk.
PT PP menjadi satu dari empat perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memoles ulang bangunan yang telah berdiri sejak tahun 1861 ini. Keempat BUMN itu tergabung menjadi konsorsium bernama PT Sinergi Colomadu. Tiga BUMN lainnya adalah PT PP Properti Tbk, PT Taman Wisata Candi Prambanan, Borobudur dan Ratu Boko (Persero), serta PT Jasa Marga Properti.
"Kami sengaja melibatkan banyak BUMN supaya mendorong revitalisasi bangunan ini tidak hanya sekedar mengedepankan sejarahnya saja, tapi bisa dimanfaatkan juga nilai ekonominya," kata Edy Setijono, dirut PT Taman Wisata Candi Prambanan, Borobudur dan Ratu Boko (Persero).
Ikhtiar besar dari kolaborasi empat BUMN ini, diakui Tumiyana, untuk mendorong bekas pabrik gula Colomadu ini menjadi pusat keramaian baru. "Tempat ini diharapkan bisa menjadi hub antara Solo dan Yogyakarta," kata Irianto Hutagaol, dirut PTPN 9.
Harapan besarnya revitalisasi bangunan ini akan turut mendongkrak perekonomian masyarakat sekitarnya juga. Irianto mengatakan ke depannya bangunan De Tjolomadoe ini akan difungsikan menjadi culture centre dan concert hall.
Daya tampungnya dipersiapkan akan mampu mencapai 3 ribu orang. Lantas untuk memperkuat proses branding bangunan lawas ini telah dipersiapkan pula hajatan berskala internasional.
"Tanggal 24 Maret nanti kita akan menampilkan konser internasional yang menghadirkan David Foster and Friends di tempat ini," ujar Tumiyana.
Tumiyana optimistis penampilan David Foster nanti bisa memberikan perkenalan yang efektif buat bangunan De Tjolomadoe mendunia. "Keyakinan kita David Foster nantinya akan bisa menceritakan pula tentang bangunan ini kepada para penggemarnya melalui medsos. Tentunya hal tersebut bisa menjadi nilai yang positif," katanya.
Tumiyana juga menjeaskan dalam proses revitalisasi ini pihaknya tidak banyak melakukan perubahan dari existing yang lama. Bahkan untuk tegel atau lantai, kata dia, pihaknya berusaha mempertahankan yang lama.
"Tiang baja yang melintang di atas itu masih yang lama. Begitu juga batanya. Kita hanya melakukan repainting saja. Ini kami lakukan untuk memperkuat nilai historis dari bangunan ini ke depannya," kata Tumiyana.
Sementara itu, saat Republika berkesempatan mengelilingi bagian dalam, terlihat pula mesin penggiling tebu. Pada bagian mesin itu tercantum tahun pembuatannya pada 1914. Kemudian, tegel bermotif kuning-hitam itu memberikan kesan yang terang terhadap ruang aula yang memiliki ketinggian langit-langitnya mencapai 12 meter.
"Kita tak mengubah struktur lamanya karena bangunan ini sudah masuk dalam kategori cagar budaya," kata Edy menegaskan.