Sabtu 03 Mar 2018 00:10 WIB

Kecanduan Gawai, Anak Sulit Gunakan Pensil

Teknologi menghambat perkembangan anak menulis dengan pensil.

Rep: Christiyaningsih/ Red: Yudha Manggala P Putra
Anak menggunakan gadget.    (ilustrasi)
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Anak menggunakan gadget. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Anak-anak yang tumbuh di era digital disebut bermasalah dalam kemampuan memegang pensil. Berdasarkan studi yang dilakukan The Heart of England Foundation NHS Trust, jari-jari anak tak dapat menggenggam pensil dengan baik akibat terlalu sering terpapar teknologi.

New York Post yang mengutip The Guardian menyebut anak-anak yang kerap mengoperasikan smartphone ataupun tablet punya kemampuan jari yang buruk saat menulis dengan pensil. "Anak-anak tidak datang ke sekolah dengan kekuatan dan ketangkasan tangan seperti anak-anak 10 tahun yang lalu," jelas Sally Payne, kepala terapis pediatrik diThe Heart of England Foundation NHS Trust.

Payne mengatakan teknologi telah menghambat perkembangan anak-anak untuk menggenggam dan menulis dengan pensil. Hal ini berkebalikan dengan permainan tradisional yang justru mengasah ketrampilan tangan. "Lebih mudah menyodori anak permainan di iPad daripada mengajak mereka bermain bersama seperti menyusun balok, memotong dan menggunting, atau bermain dengan tali," ujarnya.

"Karena itulah ketrampilan tangan anak-anak tidak terbangun termasuk untuk memegang dan menulis dengan pensil," imbuh Payne.

Menurut laporan Guardian, telah ditemukan kasus pada seorang anak berusia enam tahun bernama Patrick. Ia harus menerima terapi khusus untuk meningkatkan kekuatan jarinya agar dapat memegang pensil dengan baik.

"Jika diingat lagi aku sering memberikan teknologi kepada Patrick untuk bermain daripada mainan tradisional. Ketika di sekolah, gurunya mendapati Patrick memegang pensil layaknya manusia purba memegang tongkat. Dia sudah diajari cara memegang pensil yang benar tapi tetap tidak bisa dan akhirnya kesulitan menulis," kata Laura yang merupakan ibu Patrick.

Laura pun meminta agar sekolah memberikan bantuan untuk memperbaiki kemampuan putranya. "Sesi terapi sangat membantu dan aku sekarang sangat ketat membatasi akses teknologi kepadanya di rumah. Kurasa sekolah cepat tanggap akan masalah ini sehingga tak memunculkan akibat lebih parah," jelas Laura.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement