REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian penderita diabetes mellitus tipe 2 mungkin tidak menyadari penyakit yang mereka miliki. Ketidaktahuan ini dapat menyebabkan kadar gula darah penderita diabetes mellitus tipe 2 tak terkendali. Jika dibiarkan, kondisi ini dapat berujung pada komplikasi yang berbahaya.
"Masalah diabetes tersembunyi ini terus bertumbuh dan ini dapat memberikan konsekuensi yang menghancurkan," ujar Penasihat Klinis Diabetes UK Pav Kalsi, seperti dilansir NetDoctor.
Kasus diabetes tersembunyi ini bisa dihindari dengan cara mewaspadai empat gejala diabetes mellitus tipe 2 yang umum terjadi. Empat gejala ini meliputi merasa haus sepanjang waktu, merasa lelah secara terus-menerus, penglihatan tampak rabun dan kulit terasa gatal.
Namun, yang jauh lebih penting daripada menemukan diabetes sejak dini dalah pencegahan diabetes. Diabetes mellitus tipe 2 merupakan jenis diabetes yang berkaitan erat dengan pola hidup yang tak seimbang. Penyakit ini tentunya dapat dicegah melalui modifikasi pola hidup untuk menghindari faktor-faktor risiko diabetes mellitus tipe 2.
"(Misalnya) menurunkan berat badan yang berlebih, melakukan lebih banyak aktivitas fisik dan mengubah pola makan menjadi lebih sehat," lanjut Kalsi.
Senada dengan Kalsi, ahli gizi spesialis untuk diabetes Chris Cheyette juga menekankan pentingnya penerapan pola hidup sehat, khsusunya pengaturan pola makan. Cheyette mengatakan perubahan sederhana dalam perencanaan makan dapat memberi perubahan besar bagi pencegahan diabetes.
"Kami tidak mengharapkan orang-orang untuk membuat perubahan drastis mengenai apa yang mereka makan, tetapi menyesuaikan dengan makanan yang mereka sudah tahu dan sukai," kata Cheyette.
Untuk orang kegemukan contohnya, prioritas utama adalah mengurangi total asupan kalori. Hal ini bisa dilakukan dengan mengganti bahan-bahan berkalori tinggi pada saus pasta dengan bahan-bahan berkalori lebih rendah.
Orang yang terbiasa membeli makan di luar atau terbiasa menyantap makanan olahan juga tidak harus langsung menghentikan kebiasaan ini. Kebiasaan ini dapat dijauhi secara perlahan dengan mengurangi porsi makanan yang dikonsumsi.
"Semua ini tentang moderasi. Jaga keseimbangan," kata Cheyette.