REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Memakai tabir surya ternyata bukan hanya melindungi kulit saat berlibur di pantai di daerah dengan matahari terik. Namun, banyak ahli dermatologi menyarankan agar saat berada di pesawat pun menggunakan tabir surya.
Sebagian besar jendela pada pesawat sebenarnya memiliki kemampuan untuk memblokir sinar UVB dan sinar UVA yang bisa mengenai kulit pada tingkat yang lebih dalam. Namun sinar UVB dan UVA masih bisa menembus kaca.
Akibatnya, Anda berisiko tinggi mengalami kerusakan kulit akibat sinar matahari dan bahkan kanker kulit. Bagi para pilot terutama, memakai tabir surya sangat penting menurut sebuah studi baru-baru ini di JAMA Dermatology.
Studi itu mengungkapkan bahwa hanya satu jam di ketinggian 30 ribu kaki, dapat mengekspos pilot dengan jumlah radiasi UV yang sama seperti berjemur selama 20 menit. Walaupun risiko penumpang tidak lebih besar daripada pilot, tetaplah penting untuk mewaspadai paparan sinar UV. Apalagi bila duduk di sebelah jendela.
''Jendela di sebelah Anda di pesawat mungkin kecil, tapi Anda lebih dekat ke lapisan ozon pada penerbangan dengan puluhan ribu kaki,'' kata Dr Sweta Rai dari British Association of Dermatologists, dikutip dari Independent, Rabu (24/1).
Menurut dia, sinar matahari jauh lebih berbahaya pada tingkat ini, sehingga semua harus memakai krim matahari saat terbang. Untuk membantu melindungi kulit Anda, penting untuk memakai lotion SPF-30 yang luas, yang akan melindungi sinar UVA dan UVB yang berbahaya.
Cukup oleskan ke wajah Anda, begitu juga area terbuka lainnya seperti leher, dada, tangan, lengan bawah, dan telinga, setidaknya satu jam sebelum Anda terbang. Penting juga untuk mengaplikasikan kembali produk ini setiap dua jam, terutama pada penerbangan jarak jauh.
Jika Anda memilih untuk memakai riasan saat bepergian, beberapa alas bedak menawarkan perlindungan terhadap sinar UV namun jarang sedikit yang sesuai. Disarankan agar mengaplikasi produk SPF terpisah sebelumnya untuk perlindungan maksimal.