REPUBLIKA.CO.ID, Kondisi kesehatan ternyata tak hanya dipengaruhi oleh jenis makanan dan pola makan seseorang. Jadwal dan frekuensi makan pun dapat mempengaruhi risiko seseorang terhadap beragam penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, diabetes dan stroke.
"Jadwal makan dapat mempengaruhi kesehatan karena berkaitan dengan dampaknya terhadap jam biologis tubuh," ungkap associate professor di bidang gizi klinik dari Columbia University di New York City, Marie-Pierre StOnge PhD, seperti dilansir Medical News Today.
Penelitian terhadap hewan menunjukkan bahwa makan di saat fase tidak aktif, seperti jam tidur, jam biologis akan 'terprogram ulang' kembali atau reset. Kondisi ini menyebabkan kemampuan tubuh dalam memetabolisme nutrisi menjadi berubah.
Akibat dari berubahnya cara tubuh memetabolisme nutrisi adalah penambahan berat badan, resistensi insulin dan inflamasi. Ketiga hal tersebut dapat mempengaruhi beragam risiko penyakit seperti penyakit jantung, diabetes hingga stroke.
"Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan pada manusia sebelum ini bisa dinyatakan sebagai fakta," sambung StOnge.
Salah satu yang digarisbawahi oleh StOnge dan tim peneliti adalah pentingnya sarapan. Menurunnya angka sarapan di tengah masyrakat terbukti berkaitan dengan meningkatnya angka obesitas. Di samping itu, melewatkan sarapan juga berkaitan dengan lebih besarnya risiko penyakit kardiovaskular, diabetes tipe dua dan penyakit kronis.
American Heart Association mengatakan orang dewasa yang sarapan setiap hari dapat menurunkan risiko kadar gula darah yang tinggi atau metabolisme insulin yang kurang baik. Sarapan dengan cara dan pilihan makanan yang baik juga dinilai dapat membentuk kebiasaan makan yang baik sepanjang hari.
Fokus terhadap jadwal dan frekuensi makan dinilai dapat menjadi langkah awal untuk mencegah obesitas akibat pola makan yang tak teratur. Modifikasi pembagian jumlah kalori dalam tiap jam makan juga bisa dilakukan untuk menurunkan risiko berbagai penyait tidak menular.
Tim peneliti mengatakan proporsi asupan kalori sebaiknya lebih besar di pagi atau siang hari. Cara ini terbukti memiliki efek yang positif terhadap berbagai faktor risiko penyakit jantung, diabetes dan berat badan.
Pengaturan jadwal makan dan jenis makanan juga dapat menghindarkan risiko terjadinya rasa lapar dan ingin makan akibat emosi sesaat. Banyak orang yang terdorong untuk makan lebih banyak akibat emosi meskipun mereka tidak merasa lapar. Kondisi ini cenderung membuat seseorang makan-makanan berkalori tinggi dengan sedikit kandungan nutrisi.
"Kami menyarankan mindful eating, dengan cara memberi perhatian dalam perencanaan apa yang akan Anda makan dan kapan Anda makan," kata Stonge.
Advertisement