Kamis 11 Jan 2018 07:55 WIB

Cerita Bisma Jadi Orang Makassar di Film Silariang

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Yudha Manggala P Putra
Bisma Karisma, pemeran tokoh Yusuf dalam film Silariang: Cinta yang (tak) Direstui.
Foto: Republika/Shelbi Asrianti
Bisma Karisma, pemeran tokoh Yusuf dalam film Silariang: Cinta yang (tak) Direstui.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktor Bisma Karisma berasal dari keluarga Sunda. Namun, pria 27 tahun kelahiran Bandung itu harus menyulap diri menjadi pria asli Makassar di film terbarunya, Silariang: Cinta yang (tak) Direstui.

"Terima tawaran main film ini salah satunya karena mau menantang diri, bisa enggak dari Bisma yang Sunda pisan jadi Bisma yang Makassar banget," kata Bisma saat konferensi pers di Epicentrum Walk, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (10/1).

Agar fasih bicara dalam dialek dan bahasa Makassar, Bisma berlatih sambil membaca naskah serta berinteraksi dengan sejumlah warga asli Makassar saat observasi sebelum proses shooting. Cara bicara Bisma dalam film pun berubah total dengan ujaran khas seperti tambahan "ji", "ki", dan "mi" di setiap percakapan.

 

Personel boy band SM*SH itu berperan sebagai Yusuf, seorang wartawan dari keluarga kaya di Makassar. Konflik bermula dari Yusuf yang mengajak kekasihnya Zulaikha (Andania Suri), anak keluarga ningrat, melakukan silariang atau kawin lari karena berbeda kasta.

 

Proses shooting film produksi Inipasti Communika, Indonesia Sinema Persada, dan Maogi Production itu berlangsung selama 12 hari pada Oktober 2016. Sebagian adegan diambil di Kota Makassar, Kabupaten Pangkep, serta Rammang-Rammang di Kabupaten Maros.

 

Selain kendala jarak karena lokasi yang berjauhan satu sama lain, para pemeran dan kru film menghadapi cuaca lumayan buruk selama proses shooting. Pergantian cuaca ekstrem membuat Bisma jatuh sakit dan dirawat di rumah sakit selama dua hari.

 

Walau sempat tumbang selama proses produksi film, Bisma tidak mengeluh. Pemeran film Juara pada 2016 itu justru senang dan mengaku banyak belajar dari keterlibatanya dalam film Silariang yang disebutnya mengemas budaya Bugis Makassar dengan cara sangat pop.

 

"Film ini membuat saya belajar bahwa menghargai keputusan orang tua sangat penting. Banyak anak dengan mudah menentang dengan alasan cinta, padahal mereka bisa coba melihat sudut pandang orang tua yang punya lebih banyak pengalaman," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement