Jumat 05 Jan 2018 00:05 WIB

Terowongan Belanda Jadi Lokasi Wisata Heritage Sukabumi

Rep: Riga Nurul Iman/ Red: Yudha Manggala P Putra
Sekelompok kelelawar keluar dari terowongan kereta. (ilustrasi)
Foto: www.musicrooms.net
Sekelompok kelelawar keluar dari terowongan kereta. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID SUKABUMI -- Keberadaan lorong bawah tanah di Kota Sukabumi dinilai bisa menjadi destinasi wisata heritage. Hal ini akan menjadi daya tarik bagi wisatawan yang datang ke perkotaan.

"Kami siap mempromosikan, namun menunggu hasil kajian dari Bappeda (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah-red)," ujar Kepala Bidang Pariwisata Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Kota Sukabumi Yudi Yustiawan kepada wartawan Kamis (4/1). Pasalnya kata dia kajian yang dilakukan Bappeda informasinya masih belum selesai.

Terakhir kata Yudi, pada Desember 2017 lalu Disporapar menghadiri ekpose atau pemaparan mengenai lorong bawah tanah yang digelar Bappeda Sukabumi. Di mana salah satunya menyebutkan temuan puluhan titik lorong bawah tanah atau terowongan peninggalan Belanda di Sukabumi.

Yudi mengungkapkan, lorong bawah tanah ini bisa menjadi wisata heritage yang berada dalam subsektor ekonomi kreatif. Terlebih wisata heritage ini kata dia di Sukabumi tengah menjadi perhatian. Kondisi ini disebabkan banyak bangunan peninggalan Belanda yang hingga kini masih bertahan.

Namun lanjut Yudi, untuk memenuhi disebut sebagai kawasan wisata harus memenuhi syarat baik aksebilitas atau pintu masuk ke kawasan dan daya tarik yang ditawarkan. Selain itu faktor keamanan selama dalam perjalanan wisata tersebut.

Untuk lorong bawah tanah ini ungkap Yudi, idealnya harus satu jalur tuntas dan tidak setengah-setengah. Hal ini untuk memudahkan pengunjung masuk dan keluar kawasan wisata.

Ditambahkan Yudi, maraknya informasi mengenai lorong bawah tanah ini membuat penasaran sejumlah warga masyarakat. Oleh karena itu kata dia pihaknya masih menunggu hasil kajian akhir dari Bappeda untuk langkah selanjutnya.

Kepala Bidang Penelitian dan Pembangunan Bappeda Kota Sukabumi Eneng Rahmi menambahkan, ekpedisi lorong bawah tanah telah dilakukan pada Oktober hingga Desember 2017 lalu. Lokasi ekpedisi berada di dua kecamatan yakni Gunung Puyuh dan Warudoyong, imbuh dia.

Selain dikaji sebagai benda cagar budaya lanjut Eneng, lorong bawah tanah ata saluran air ini juga dalam pengkajian sebagai lokasi obyek wisata. Terutama ungkap dia, dari kajian keamanan ketika menyusuri terowongan atau lorong bawah tanah tersebut. Tim ekpedisi juga kata dia merekomendasi lorong bawah tanah ini dapat membantu sistem drainase perkotaan.

Eneng menerangkan, hasil dari ekpedisi ini menunjukkan ada 20 titik lorong bawah tanah di dua kecamatan. Di Gunung Puyuh lorong bawah tanah ukuran terpanjang mencapai 38,82 meter di Sekip dengan bentuk inlet atau outlet bentuk roti.

Ketinggian lorong sekitar dua meter dan lebar 2,50 meter. Sementara ukuran lorong terpendek sepanjang 2,6 meter di Warung Adang dengan bentuk kotak-kotak setengah lingkaran.

Sementara di Kecamatan Warudoyong keberaaan lorong terpanjang berada di Jalan Pelabuhan II sepanjang 43,96 meter. Bentuk inlet atau outlet lorong bawah tanah ini berupa kotak bentuk roti dengan ketinggian tiga meter dan lebar 2,50 meter.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement