Selasa 02 Jan 2018 10:14 WIB

Nikmatnya Pelesiran di Desa Visesa Ubud

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Indira Rezkisari
Desa Visesa atau Visesa Resort Hotel dan Villa merupakan destinasi wisata yang sedang hits di Ubud, Bali. Desa wisata ini mengintegrasikan kehidupan alam dan budaya lokal ke dalam pengalaman berwisata.
Foto: Republika/Mutia Ramadhani
Desa Visesa atau Visesa Resort Hotel dan Villa merupakan destinasi wisata yang sedang hits di Ubud, Bali. Desa wisata ini mengintegrasikan kehidupan alam dan budaya lokal ke dalam pengalaman berwisata.

REPUBLIKA.CO.ID, GIANYAR -- Kaum urban zaman 'now' tak jarang merindukan kehidupan ala pedesaan yang alami dan damai. Rutinitas bekerja kadang tak mengenal waktu membuat mereka susah berkompromi untuk kehidupan pribadi, seperti liburan.

Destinasi wisata berkonsep pedesaan semakin banyak bermunculan di berbagai daerah di Indonesia. Salah satu yang sempat kami kunjungi adalah Desa Visesa Ubud. Wisatawan yang berpelesiran di desa ini dapat menangkap rasa dari kehidupan ala masyarakat Bali.

Kehidupan yang dimaksud mengintegrasikan alam dan budaya lokal ke dalam pengalaman berwisata. Desa yang berlokasi di Jalan Suweta ini hanya berjarak sekitar 10 menit dari pusat Ubud. Ada 66 vila dengan kolam renang pribadi, serta 40 kamar suite disiapkan untuk menampung tamu. Semua kamar didesain kontemporer dan menonjolkan arsitektur tradisional Bali.

Pengelola Desa Visesa tak mewajibkan pengunjung menginap di resort hotel atau vila mereka. Pengunjung yang ingin datang sekadar beraktivitas wisata, seperti bersantap siang juga dilayani dengan ramah. Mobil-mobil buggy siap mengantar para tamu berkeliling Desa Visesa.

Mula-mula kami menuju lobi hotel yang berjarak sekitar satu kilometer (km) dari gerbang utama. Ada area kolam renang luas tepat di samping lobi yang didesain terbuka itu. Kami pun disambut staf-staf ramah yang menanyakan tujuan kedatangan kami, apakah menginap, spa, berjalan-jalan, atau beraktivitas wisata lainnya.

Kami pun mengatakan maksud kedatangan untuk makan siang ke Warung Tani. Berikutnya kami diminta antre dan menunggu sejenak di kursi-kursi dan sofa yang sudah disiapkan. Mobil buggy pun tiba, dan giliran kami diantar ke tempat yang dimaksud.

Warung Tani adalah restoran khusus yang menyediakan aneka menu masakan organik. Semua bahan diambil langsung dari kebun-kebun dan peternakan sekitar desa.

Kacang tanah menyayah, kacang mentik mekukus sune cekuh, dan edamame kukus menjadi hidangan pembuka (welcome snack) di warung bambu ini. Hidangan utamanya, antara lain ikan nila panggang, udang mekuah, languan panggang, bebek menyanyah, siap garangasem, dan jukut kuah santen. Kudapan penutupnya mulai dari laklak, batun bedil, jaje lukis, klepon, dan es ancruk.

Kami pun memesan dua porsi bebek menyanyah dan satu porsi siap garangasem. Tak ketinggalan teh rosela, kelapa muda, dan es cendol daluman yang menyegarkan.

Bebek menyayah mirip dengan bebek betutu. Mula-mula bebek dibungkus daun pisang, lalu dibungkus lagi dengan pelepah pinang. Bebek ditanam dalam lubang di tanah dan ditutup dengan bara api sekam selama enam hingga tujuh jam sampai matang. Prosesnya slow cooking, sehingga daging bebeknya sangat lembut, bahkan bisa disantap oleh bayi berusia 1,5 tahun sekali pun.

Makan siang hari itu terasa kian lezat sambil menikmati pemandangan kebun kedelai luas dan arena berkuda di depan mata. Anak-anak bisa bermain jungkat-jungkit atau ayunan bambu yang lokasinya persis di samping restoran ini.

Di sisi lainnya wisatawan bisa menyaksikan wedding chapel untuk upacara pernikahan. Meja altar kaca berbentuk kapal itu dikelilingi kebun mawar dan lorong yang akan dihiasi sesuai permintaan pasangan yang akan menikah.

Visesa Resort Hotel & Villa sebelumnya bagian dari Royal Tulip Resort Ubud yang kemudian berganti kepemilikan dan mematangkan konsep terbaru saat ini sejak Juli 2016. Kawasannya terbentang seluas 6,5 hektare (ha) dengan lebih dua ha merupakan area persawahan, berkuda, dan bercocok tanam.

Pemandangannya sangat indah, udaranya sejuk, sehingga asik dieksplorasi meski dengan berjalan kaki. Wisatawan yang ingin relaksasi bisa bermeditasi atau merasakan sensasi spa di Visesa Balinese and Healing Spa yang menggunakan pengobatan tradisional khas Bali.

Ada lima elemen alam disebut Panca Maha Butha yang digunakan sebagai media pengobatan. Kelimanya adalah tanah (pertiwi), air (apah), udara (bayu), panas (teja), dan ruang (akasa). Teknik pengobatannya dilakukan di dalam ruangan menyerupai gua.

Wisata di Pulau Dewata tak harus mahal. Pemandu wisata sekaligus penanggung jawab area Pony Riding Visesa, Gede Arimbawa (38 tahun) mengatakan pengelola ingin menghidupkan kembali budaya lokal, sehingga wisatawan yang datang bisa menikmati keberadaan di Bali yang sebenarnya.

Penduduk lokal di desa-desa yang mengelilingi Visesa Resort Hotel dan Villa sebagian besar dipekerjakan di tempat ini. Petani-petani lokal bebas menggarap langsung lahan persawahan mereka dan ini menjadi atraksi wisata menarik bagi wisatawan.

"Sistem yang digunakan adalah permakultur atau konsep ekosistem berkelanjutan. Semuanya organik, tanpa sentuhan kimia sama sekali," kata Arimbawa.

Contoh implementasi dari permakultur adalah pemanfaatan sampah-sampah restoran, sampah-sampah hotel yang diolah menjadi kompos. Visesa Resort Hotel dan Vila memiliki pengolahan kompos sendiri. Penerapannya diklaim mampu menghasilkan hasil-hasil pertanian serta perkebunan berkualitas tinggi. Arimbawa mengatakan kotoran ternak, termasuk kuda, sapi, dan bebek kembali diolah menjadi pupuk untuk kebun-kebun permakultur.

Anak-anak dapat merasakan pengalaman bermain tanpa gawai (gadget). Area khusus aneka permainan tradisional disiapkan di salah satu sudut di resort desa ini.

Desa Visesa juga menyediakan aktivitas berkuda untuk anak-anak bernama Pony Riding Visesa. Salah satu pemandu wisata berkuda, Nyoman Ariawan (27) mengatakan ada tiga ekor kuda yang siap ditunggangi. Mereka adalah Ayu (13 tahun), Tiara (8), dan Desy (6) yang merupakan jenis poni lokal.

"Wisata berkuda ini dikhususnya untuk anak-anak. Mereka kami ajak berkeliling ke area resort hotel dan vila selama 30 menit," kata Ariawan.

Berat maksimal penunggang kuda poni di Desa Visesa adalah 50 kilogram (kg). Kuda dahulunya salah satu alat transportasi lokal di Bali.

Bagi wisatawan yang ingin belajar bertani, pengelola memfasilitasi pelatihan bercocok tanam bersama petani-petani desa sekitar. Ingin merasakan sensasi menjadi peternak? Anda bisa ikut serta mengangon bebek, mengumpulkan telur-telur bebek, membajak sawah bersama sapi, hingga memandikan ternak sapi. Yuk, melali ke Desa Visesa!

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement