Ahad 31 Dec 2017 17:43 WIB

Mengapa Anak Gemar Bermain Gawai?

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Indira Rezkisari
Anak bermain dengan gawai.
Foto: Pixabay
Anak bermain dengan gawai.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perkembangan teknologi dan informasi yang serba cepat membuat orang tak dapat terlepas dari perangkat gawai. Semakin canggihnya fitur yang ditawarkan juga membuat orang bukan hanya menjadikan gawai sebagai jenis barang tersier, namun sebagai barang sekunder bahkan premier.

Sayangnya, di balik manfaat yang dihadirkan perangkat gawai, sisi negatif juga bermunculan dan berdampak cukup besar bagi hubungan sosial bahkan perkembangan generasi muda. Meski diklaim sebagai alat yang hampir dimiliki semua orang dengan berbagai jenis usia, nyatanya remaja dan anak menjadi salah satu pengguna gawai terbanyak.

Menurut penggiat komunikasi dan psikologi Anna Chui, hal ini berpotensi merenggangkan hubungan antara orang tua dan anak yang seharunya terjalin dengan erat. Untuk mengantisipasinya, orang tua perlu menjelaskan bahaya dari seringnya berhadapan dengan gawai.

"Langkah antisipasi memang perlu dilakukan, namun orang tua tidak dapat menampik kenyataan bahwa anak akan memiliki ketergantungan pada gawai seperti yang terjadi pada orang dewasa," kata Anna.

Fenomena kecintaan bayi pada perangkat gawai juga banyak terjadi. Terlihat dari pengakuan dua per tiga ibu yang mengatakan, anak mereka telah mampu mengoperasikan perangkai gawai meski baru berusia satu tahun. Seperti bermain permainan, membuka kunci layar, membuka galeri foto, dan menutup aplikasi yang tidak disukainya.

Kepiawaian menggunakan perangkat gawai ini, tidak dapat terlepas dari kebiasaan orang tua yang terus terpampang di depan bayi. Selama ini mungkin bayi hanya menggunakan gawai untuk menonton tayangan animasi di YouTube atau bermain permainan, namun kewaspadaan orang tua diperlukan dengan terus menemani dan mengawasi tayangan yang ditonton anak.

"Tidak ada yang salah dengan mainan yang menyenangkan, tapi keterlibatan anak dalam sebuah fitur yang mudah tersaji dalam gawai perlu dikaji kembali, kata dia, dilansir dari laman Lifehack.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement