REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Ratusan wisatawan memadati Puncak Aliantan di Kabupaten Rokan Hulu sepanjang libur bersama akhir tahun ini. Aliantan merupakan salah satu destinasi wisata baru di Provinsi Riau yang kian diminati pengunjung.
"Selama libur bersama, ada sekitar 300 wisatawan yang berkunjung ke Puncak Aliantan. Ini merupakan sesuatu yang bagus untuk tempat wisata baru," kata Kepala Desa Aliantan, Muhamad Rois Zakaria di Pekanbaru, Rabu (27/12).
Ia menjelaskan, rata-rata ada 80 hingga 100 lebih wisatawan yang berkunjung ke Puncak Aliantan setiap harinya pada saat libur bersama mulai Jumat pekan lalu (22/12) hingga Selasa (26/12). Mayoritas wisatawan itu berasal dari daerah di Riau.
Bahkan, ia mengatakan Pelaksana Tugas Bupati Rokan Hulu Sukiman, juga menjadi salah satu wisatawan yang berkunjung ke Puncak Aliantan. "Wisatawan juga ada yang berasal dari Provinsi Sumatera Utara, yakni dari Padang Lawas," ujarnya.
Wisatawan nusantara makin banyak mengunjungi Desa Aliantan untuk menikmati wisata "samudra awan" di Bukit Suligi, Kabupaten Rokan Hulu, Riau.
Desa Aliantan berjarak sekitar 120 kilometer dari Kota Pekanbaru, dan bisa ditempuh sekitar dua jam dengan kendaraan bermotor. Desa ini memiliki puncak tertinggi, sekitar 812 meter di atas permukaan laut (mdpl), dijejeran Bukit Suligi.
Pada pagi hari pada puncak tersebut terjadi fenomena alam berupa gugusan alam yang menggulung-gulung seperti ombak, sehingga disebut warga setempat dengan "samudra awan".
Rois menjelaskan, sejak 2016 dirinya secara swadaya membentuk kelompok sadar wisata bernama the care taker yang diisi oleh pemuda pencinta alam di sana. Mereka tidak hanya menjaga tempat itu, melainkan juga sebagai pendamping wisatawan, porter dan juga menjaga keamanan. "Terhitung sejak Januari 2016 paket wisata ini dibuka, hingga akhir tahun 2017 ada sedikitnya 5.000 wisatawan berkunjung. Sampai ada daftar tunggunya," kata Rois.
Keunikan lain dari wisata baru tersebut adalah alamnya yang masih cukup terjaga. Pada pagi hari di puncak Aliantan wisatawan bisa menunggu fajar sambil mendengarkan suara binatang seperti kera siamang yang banyak di sana.
Kelompok sadar wisata juga membuat fasilitas seperti papan penjunjuk arah dan hiasan yang bisa digunakan wisatawan untuk berfoto bersama maupun swafoto (selfie).
Berwisata ke tempat itu juga relatif murah karena tarif bisa disesuaikan dengan kemampuan wisatawan. Namun, apabila wisatawan ingin dipandu sekaligus disediakan makan dan bermalam di sana, kelompok sadar wisata mematok harga maksimal Rp 50 ribu per orang.