REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sektor pariwisata Indonesia di tahun 2017 menunjukkan pertumbuhanya yang positif. Performansi jumlah kedatangan wisman ke Indonesia tumbuh sebesar 24 persen. Namun di kawasan Asia Tenggara, Indonesia masih kalah dengan Vietnam. Meski Indonesia telah berhasil mengungguli Malaysia, Thailand serta Singapura.
Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, pariwisata sebelumnya telah ditetapkan sebagai leading sector perekonomian nasional. Hal ini membuat pariwisata harus mendapat dukungan dari setiap kementerian/lembaga.
"Kita beruntung pariwisata telah ditetapkan sebagai leading sector. Itu artinya semua pihak wajib mendukung pengembangan pariwisata,: ujar Menpar Arief Yahya.
Dengan penetapan itu, serta dukungan dari berbagai pihak, pariwisata Indonesia dikatakanya langsung melesat. Bahkan Indonesia disebut masuk dalam Top 20 the Fastest Growing Travel Destination in The World.
"Hal ini tidak mudah karena persaingan saat ini menunjukkan bahwa growth menunjukkan kecepatan. Bahwa saat ini satu pergerakan cepat adalah yang akan berhasil. Siapa yang cepat akan memakan yang lambat," kata dia.
Seberapa besar pertumbuhan itu?
Menpar menyebutkan, pertumbuhan sektor pariwisata Indonesia dari jumlah kedatangan wisatawan mancanegara tumbuh sebesar 24 persen. Angka tersebut hampir empat kali lebih besar dibanding pertumbuhan ASEAN yang hanya sebesar 7 persen. Atau bahkan pertumbuhan dunia yang hanya 6,4 persen.
"Artinya dengan tumbuh lebih besar dari pasar, maka market size kita juga akan lebih besar," kata Arief Yahya.
Pertumbuhan 24 persen itu juga membuat Indonesia berhasil mengalahkan Thailand yang hanya tumbuh 6,69 persen. Atau Singapura yang tumbuh 3,83 persen. Bahkan Malaysia mengalami penurunan sebesar 0,87 persen. Indonesia hanya kalah dari Vietnam yang tumbuh 25,2 persen.
"Agak memalukan sedikit kita kalah dari Vietnam. Tapi saya kira kita tidak apa-apa kalah tapi kita tahu mengapa kita kalah," ujar Arief Yahya.
Mengapa Vietnam hebat?
Menpar mengatakan, pertumbuhan pariwisata yang signifikan di tahun 2016 menempatkan Vietnam sebagai negara ketujuh di dunia dengan pertumbuhan pariwisata tercepat di dunia versi UNWTO (World Tourism Organization).
Pertumbuhan pariwisata Vietnam tahun 2016 naik 24,6% dibanding tahun 2015. Bahkan, jumlah kunjungan wismannya per Juli 2017 naik lebih dari 30% dibanding periode yang sama pada 2016 (year on year).
"Faktor penting yang menjadi kunci sukses pariwista Vietnam dengan melakukan deregulasi. Mereka melakukan deregulasi ulang sektor pariwisatanya mengacu pada praktik-praktik terbaik. Karenanya banyak investor yang tertarik berinvestasi di Vietnam," kata Arief.
Sebaliknya di Indonesia, pariwisata masih tersandung oleh regulasi yang di berbagai aspek menimbulkan inefisiensi. Regulasi yang tidak efektif membuat Indonesia susah bersaing.
Hal tersebut, jelas Arief, ditunjukkan dengan peringkat pilar Business Environment dalam Travel and Tourism Competitiveness Index (TTCI) Indonesia berada dalam rangking 63.
"Terlalu banyak regulasi yang mengikat dan menjerat diri kita sendiri," ujar Arief Yahya.
Vietnam, jelas Menpar, dengan kebijakan "Doi Moi" atau reformasi ekonomi sejak 1986 silam mengubah haluan dari ekonomi sosialis terpusat menjadi sosialis berorientasi pasar terbuka (socialist-oriented market economy). Melalui kebijakan ini pemerintah sosialis Vietnam mulai menerapkan kebijakan pro-pasar, memberikan iklim yang sejuk bagi foreign direct investment, dan memberikan banyak insentif dan kemudahan terhadap investasi termasuk untuk sektor pariwisata.
Situasi politik dan keamanan yang relatif stabil juga menjadi penentu melesatnya sector pariwisata mereka. Stabilitas politik di Vietnam relatif paling stabil untuk lingkungan ASEAN. Stabilitas politik di negara yang kini memiliki 10 world heritages dan 30 national parks inilah yang turut mendorong peningkatan jumlah kunjungan wisatawan.
Vietnam juga melakukan pemberlakuan E-Visa yang mana menjadi salah satu faktor penting melonjaknya jumlah wisman mereka. Kita bahkan sudah melakukan lebih dulu, pemberlakuan bebas visa kunjungan terbukti memang meningkatkan kurang lebih 20% kunjungan wisman.
Selain itu, Vietnam juga terus menggenjot kemudahan akses untuk konektivitas pariwisatanya. Banyaknya LCC yang beroperasi tentu memberikan kemudahan bagi wisatawan untuk berkunjung.
Faktor yang lain, menurut laporan Majalah Forbes, Vietnam disebutkan sebagai salah satu destinasi pariwisata yang paling murah dalam hal biaya transportasi, akomodasi, dan makanan. Namun, dalam hal ini, menurut TTCI kita masih lebih unggul dari Vietnam. Price competitiveness Indonesia berada di peringkat ke 5 sementara Vietnam di peringkat 35.
Kemudian, harus diakui, suksesnya film “Kong Skull Island” nampaknya juga memberikan kontribusi signifikan terhadap pariwisata Vietnam. Harus diakui, eksposur melalui film, apalagi film Hollywood, sangat dahsyat dampaknya.
"Belajar dari apa yang telah dilakukan Vietnam tersebut, maka deregulasi adalah hal yang paling penting untuk membuat pariwisata semakin maju. Kita harus membenahi dan revisi aturan-aturan yang membelenggu dan menghambat," ujar Menpar Arief Yahya.
"Intinya adalah menciptakan iklim ease of doing business dan ease of entering ke Indonesia," kata dia lagi.