REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Reorientasi pasar perlu dilakukan untuk bertahan di berbagai situasi yang memengaruhi dunia pariwisata di Bali. Hal tersebut salah satunya dengan cara meningkatkan pasar wisatawan domestik atau dalam negeri.
"Reorientasi pasar ini hendaknya diikuti seluruh stakeholder terkait di Bali. Pasar lokal perlu lebih ditingkatkan," kata Managing Director PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (ITDC), I Wayan Karioka, Jumat (15/12).
Karioka mencontohkan Kawasan Pariwisata Nusa Dua saat ini berorientasi pasar asing 85 persen, sementara lokal hanya 15 persen. Prosentasi ini tampak terlalu jauh. "Orientasi pasarnya ke depan digeser menjadi 70 persen asing dan 30 persen lokal, atau 60 persen asing dan 40 persen lokal," kata Karioka.
Erupsi Gunung Agung yang masih berfluktuasi sampai saat ini memberi dampak psikologis pada wisatawan mancanegara (wisman) yang akan datang ke Bali. Penerbangan dari sejumlah negara dibatalkan, seperti Cina.
Pemerintah Cina secara resmi mengeluarkan travel warning ke Bali terhitung 27 November hingga 4 Januari 2018. Ini menyebabkan jumlah wisatawan Cina ke Bali berkurang drastis. Konsulat Jenderal Cina baru akan menurunkan status travel warning jika status Gunung Agung juga diturunkan dari awas atau level empat. Karioka menilai level psikologis adalah hal yang sulit dikendalikan oleh pelaku pariwisata di Bali.
Pasar lokal menjadi andalan pariwisata Bali sebab wisatawan domestik jauh lebih memahami kondisi negaranya sendiri. Ketua Pengurus Cabang Federasi Serikat Pekerja Pariwisata (FSPP) Provinsi Bali, I Putu Satyawira mengakui sekitar 16 ribu pekerja sektor pariwisata di Kabupaten Karangasem terdampak langsung penurunan kunjungan wisata akibat aktivitas Gunung Agung.
"Meski demikian, kami tetap menginstruksikan anggota supatya tidak mengurangi kualitas pelayanan. Justru pelayanan kepada tamu harus lebih baik," katanya.
Pelayanan terbaik untuk tamu meski di tengah situasi bencana alam, menurut Satyawira akan membuat tamu merasa tetap nyaman berada di Bali. FSPP juga melakukan promosi langsung dari wisatawan asing yang datang ke Bali untuk mengabarkan Bali tetap aman dikunjungi, seperti lewat foto dan ulasan pengunjung.
Gunung Agung sampai saat ini masih berstatus awas atau level empat. Radius bahaya hanya delapan kilometer (km) hingga 10 km dari puncak kawah Gunung Agung. Ini berarti wilayah lainnya di Bali yang berada di luar zona tersebut aman untuk dikunjungi.