Selasa 12 Dec 2017 09:07 WIB

Bagaimana Pola Didik Tepat untuk Generasi Milenial?

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Yudha Manggala P Putra
Anak menonton televisi (ilustrasi)
Foto: safebee
Anak menonton televisi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cara mengurus anak generasi milenial mungkin berbeda dengan generasi sebelumnya. Tipe didik yang lebih cenderung menggunakan 'hati' dinilai membuat generasi milenial akan sulit bersosialisasi dengan lingkungannya dibanding mereka yang terbiasa dididik secara tegas.

Kebiasaan 'dimanjakan' membuat generasi milenial banyak yang tidak berkembang, bahkan belum dapat mandiri meski telah menginjak usia 20-an.

Antropolog David Lancy memperingatkan orang tua yang terlalu memanja sehingga anak tak memiliki kesiapan menghadapi kehidupan di luar rumah. Profesor antropologi dari Universitas Negeri Utah, Amerika Serikat ini bahkan mengatakan bahwa kebiasaan ini hanya akan menghasilkan 'kegagalan'.

Menurut David, anak yang terbiasa hidup dalam kesenangan dan kemudahan hanya akan melakuan hal yang mereka sukai dan terus bergantung pada orang tua. Dalam sebuah wawancara dengan Times Educational Supplement (TES), David mengungkapkan beberapa model perawatan anak di seluruh dunia yang tertuang dalam bukunya, Raising Children: Suprising Insights from Other Cultures.

Dalam wawancaranya, David menjelaskan WEIRD yang bersumber dari Western, Educated, Industralised, Rich, dan Democratic dianggap sebagai cara didik yang dikhawatirkan karena menempatkan anak sebagai sesuatu yang spesial dan sangat dihargai harga dirinya. Mengacu pada 'WEIRD', David mengatakan, kebiasaaan memuji dan memprioritaskan kebahagiaan anak dapat menjadi cara didik yang bermasalah.

"Cara orang tua dan guru menggunakan pujian kepada anak perlu diubah dengan menempatkan anak sebagai tumpuan atau poros kehidupan juga diperlukan untuk melatih kesiapan mental anak," kata David.

Perbedaan pola didik orang tua yang mengharuskan anak mempersiapkan diri dengan harapan keluarga atau masyarakat, dengan anak yang dibebaskan melakukan apapun yang dia sukai maka akan jauh berbeda. Pada akhirnya, anak yang telah terbiasa mempersiapkan diri menghadapi tuntutan lingkungan dan masyarakat akan mudah beradaptasi dibandingkan mereka yang terbiasa berlimang pujian.

"Pada akhirnya generasi milenial akan tinggal di rumah hingga umur 25 dan hanya melakukan sedikit pekerjaan saja," kata dia.

David menyarankan orang-orang barat menengok budaya lain untuk memperlajari cara mereka mendidik anak. Negara kecil seperti Papua Nugini adalah salah satu contoh yang baik karena mereka terbiasa mendidik anak untuk mandiri sejak dini. Kebiasaan di negara maju yang telah dimanjakan teknologi memuat perhatian anak terfokus seluruhnya pada media sosial dan video game sehingga tidak memerlukan alasan kuat untuk pergi ke luar rumah.

"Ada hal besar yang telah hilang dan seharusnya dipelajari dari suatu tempat seperti Papua Nugini yang membiasakan anak mereka mandiri dan peka terhadap lingkungan," kata David.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement