Jumat 08 Dec 2017 13:00 WIB

Siapkah Indonesia Jadi Kiblat Fashion Muslim Dunia?

Rep: Desy Susilawati/ Red: Indira Rezkisari
Model memperagakan busana muslim.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Model memperagakan busana muslim.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tahun 2020 Indonesia mencanangkan diri menjadi kiblat fashion Muslim dunia. Ini berarti waktunya hanya tinggal dua tahun lagi. Mampukah Indonesia mencapai itu semua?

Desainer busana Muslim, Jenahara Nasution mengatakan rencana menjadi kiblat fashion Muslim dunia tahun 2020 masih menjadi PR besar bagi Indonesia. Karena menurut Jenahara untuk menggapai tujuan itu bukanlah kerja satu orang, melainkan kerja seluruh warga Indonesia. Bukan hanya kerja desainer, tapi juga kerja wartawan, pemerintah dan lainnya.

"Kita harus sama-sama sesuaikan visi. Harus jadikan sebagai tujuan akhir kita. Kita sama-sama dukung dan market lokal antusias serta bangga pakai produk lokal," ujarnya.

Tahun 2020 ketika pasar lokal sudah besar dan sudah banyak desainer, tapi di sisi lain banyak fast fashion masuk ke Indonesia. Jenahara memandangnya berbahaya. Jenahara melihat Australia, yang saat ini sudah mulai memasukkan merek dari luar. Dulu Australia hanya memiliki dua departement store dengan isi produk lokal. Masyarakatnya juga sangat bangga saat berbelanja produk lokal.

Menurutnya, untuk mencapai kiblat fashion Muslim 2020 mendatang peran pemerintah juga penting. Semua harus berkesinambungan. "Kalau tidak berkesinambungan 2020 Indonesia tidak bisa jadi kibkat Muslim fashion dunia. Cuma wacana saja," tambahnya.

Jenahara mengungkapkan banyak negara seperti Thailand dan Jepang mau menjadi kiblat fashion Muslim. Dan menurutnya ini lucu, karena negara minoritas berani mengeluarkan pernyataan seperti itu. Jenahara memandang, keinginan tersebut didasari pengetahuan akan luasnya pasar busana Muslim.

"Indonesia kalau susah diambil orang baru koar-koar. Kita harus paham banget industrinya gede dan menjanjikan. Industri ini bisa menyejahterakan, ini kalau serius menggarapnya," ujarnya.

Karena itu, dukungan pemeritah dibutuhkan desainer. Misalnya diberikan tempat desainer bisa menjual produknya. Sejauh ini jika para buyer datang, mereka ditunjukkan Pasar Tanah Abang yang produknya mayoritas hasil plagiat dari karya desainer. "Kita harusnya punya satu wadah yang bisa fasilitasi itu," tambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement