Sabtu 02 Dec 2017 23:58 WIB

Cara Sederhana Ini Buat Tidur Lebih Nyenyak

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Esthi Maharani
Tidur nyenyak (ilustrasi)
Foto: WIN MENTAL HEALTH
Tidur nyenyak (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Membuka jendela ternyata dapat meningkatkan kualitas tidur di malam hari. Alasannya, perputaran udara yang lebih baik dapat menurunkan kadar karbon dioksida (CO2) di dalam ruangan sehingga tidur menjadi lebih nyenyak.

Hal ini diungkapkan oleh sekelompok peneliti asal Belanda dalam sebuah studi berskala kecil. Studi ini melibatkan 17 partisipan dengan kondisi badan yang sehat selama lima hari.

Dalam kurun waktu tersebut, sebagian partisipan diminta untuk tidur di dalam kamar tidur dengan ventilasi udara yang baik. Ventilasi udara yang baik ini didapatkan dengan cara membuka jendela ataupun pintu kamar saat tidur. Sedangkan, sebagian partisipan diminta untuk tidur di dalam kamar tidur dengan ventilasi yang kurang baik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok peserta dengan ventilasi udara yang baik terlihat tidur lebih nyenyak. Kadar karbon dioksida yang lebih rendah di dalam kamar dinilai mempengaruhi efisiensi tidur.

"Kadar karbon dioksida yang lebih rendah (di kamar tidur) mendorong terjadinya kedalaman tidur dan efisiensi tidur yang lebih baik, serta lebih rendahnya kasus terbangun di malam hari," terang ketua peneliti sekaligus peneliti lingkungan dari Eindhoven University of Technology Asit Kumar Mishra melalui jurnal Indoor Air seperti dilansir WebMD.

Ahli masalah tidur dari Amerika Serikat juga menekankan pentingnya lingkungan di waktu malam dalam menunjang kualitas tidur. Beragam properti fisik yang mengelilingi seseorang saat tidur dapat mempengaruhi kualitas tidur orang tersebut.

"Studi ini mengingatkan kit abahwa tidak semua kamar tidur setara," lanjut ahli masalah tidur dari Center for Sleep Medicine di Lenox Hill Hospital Dr Steven Feinsilver.

Fainsilver mengatakan banyak yang sudah mengetahui bahwa tidur di lingkungan yang lebih dingin dapat meningkatkan kualitas tidur. Namun, jarang yang menyadari bahwa kualitas udara di dalam ruangan dapat mempengaruhi kualitas tidur.

"(Ini) jarang mendapatkan perhatian yang cukup," ujar Feinsilver.

Meski begitu, Feinsilver menilai penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mendapatkan hasil yang lebih terukur. Salah satunya dengan menerapkan tes tidur formal seperti EEG untuk mengetahui aktivitas gelombang otak saat tidur.

"Tes tidur formal termasuk EEG (gelombang otak) mungkin dapat lebih banyak menjelaskan kondisi-kondisi ini," kata Feinsilver.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement