Rabu 29 Nov 2017 15:03 WIB

Karier Kepenulisan Bondan Dimulai Sejak Usia 10 tahun

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Andi Nur Aminah
Bondan Winarno
Foto: dok. Republika
Bondan Winarno

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bondan Winarno ternyata punya segudang prestasi di bidang kesastraan Indonesia. Bahkan prestasi ini diraihnya sebelum menginjak usia 17 tahun. Di usia 10 tahun, Bondan, yang lahir di Surabaya 29 April 1950 ini pernah menjuarai sayembara mengarang tingkat nasional majalah Si Kuncung pada 1960.

"Hadiahnya "hanya" cukup untuk mentraktir sahabat saya, Lie Kian Hien, makan mi bakso di sebuah rumah makan Tionghoa," tulis Bondan, dikutip dari bagian pembuka buku kumpulan cerpen karangannya berjudul Petang Panjang di Central Park.

Kehidupannya sebagai seorang penulis pun dimulai dari situ. Sebab setelah itu, Bondan bekerja untuk harian Suara Merdeka dan Angkatan Bersenjata di Semarang. Ia menjadi stringer atau pemberita lepas dan penulis di dua media tersebut.

Pengalamannya sebagai penulis bertambah banyak sesudah cerita pendeknya, dimuat di majalah Varia. Majalah ini, seperti dituliskan Bondan, saat itu merupakan majalah hiburan yang populer. Hebatnya, pemuatan cerpen di majalah tersebut saat dia masih di bawah usia 17 tahun.

Tak hanya Varia, harian Indonesia Raya juga pernah memuat cerpennya. Selain cerpen, novel pun pernah dibikin Bondan. Ada tiga novel karangannya yang sudah dibukukan. "Dua di antaranya bahkan sudah difilmkan dengan bintang utama Widyawati dan Sophan Sophiaan. Salah satu karier awal saya ketika pindah ke Jakarta adalah sebagai penulis iklan (copywriter) di sebuah perusahaan periklanan terbesar," tulisnya.

Dari saat itu, Bondan mulai menapaki jalur kepenulisan di bidang yang lebih serius. Lingkungan hidup dan sosial, dua bidang yang ia geluti untuk dijadikan sebagai tulisan kolom. Orang-orang pun mengenalnya sebagai kolumnis lambat-laun.

"Majalah Tempo pun mengorbitkan saya hingga dikenal sebagai kolumnis dengan fokus manajemen dan wirausaha. Saya bahkan akhirnya memimpin wakil redaksi majalah SWA," tulis Bondan lagi.

Dalam kondisi itulah, bagi Bondan, menulis cerpen ibarat obat penawar atas kejenuhan karena terkungkung deadline. "Setiap kali saya jenuh dan lelah, menulis cerpen menjadi outlet yang menyegarkan jiwa," ungkapnhya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement