REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya. Isi pidato Soekarno pada peringatan hari pahlawan 1961 ini seperti menggambarkan bagaimana seharusnya sebuah bangsa menghargai perngorbanan para pahlawannya.
Anak Anda bercita-cita sebagai prajurit perang atau TNI? Museum Satria Mandala yang terletak di terletak di Jalan Gatot Subroto No 14, Jakarta Selatan, ini menyimpan koleksi benda-benda bersejarah peninggalan para pejuang dan tokoh Tentara Nasional Indonesia (TNI) dari tahun 1945 hingga sekarang. Selain mempelajari sejarah TNI, museum seluas 56.670 meter persegi ini cocok bagi para orang tua yang ingin memupuk nilai juang dan nilai luhur pahlawan.
Yang menjadi koleksi menarik terutama untuk anak-anak adalah aneka koleksi alat persenjataan mulai dari senjata yang dipergunakan pada tahun 1945 hingga sekarang. Di ruang khusus persenjataan, pengunjung diajak melihat senjata tradisional seperti trisula, keris, bambu runcing, pedang katana yang dirampas dari tangan Jepang. Kemudian ada pistol Nambu, Senapan Arisaka, Stegun, Lee Enfield dan lain sebagainya yang digunakan tahun 1945-1949 oleh bangsa Indonesia yang dirampas dari Jepang, Inggris, dan Belanda.
Selain itu, meseum ini juga memiliki koleksi senjata yang digunakan prajurit Indonesia setelah tahun 1950 seperti senapan Garand, M-16, Roket Hadge Hod, torpedo, ranjau laut, serta roket yang dibuat oleh negara negara blok barat dan blok timur.
Tidak hanya senjata hasil rampasan, I Wayan Agus, pemandu museum menjelaskan Indonesia juga punya senjata buatan sendiri yang diproduksi di pabrik senjata Demakijo. “Ada ranjau personil, granat gombyok, bom Molotov dan mortar,” katanya.
Di halaman belakang museum, pengunjung bisa berswafoto dengan koleksi kendaraan perang, mulai dari tank, panser hingga aneka pesawat tempur. Koleksi kendaraan tempur yang dimiliki Museum Satria Mandala pada dasarnya dibagi menjadi dua bagian.
Pertama kendaraan tempur yang merupakan pemberian Belanda setelah pengakuan kedaulatan seperti Tank Stuart, Humber Scout Car, Panser M8. Kendaraan tempur ini berjasa dalam operasi-operasi penumpasan Pemberontakan PRRI di Sumatera, Permesta di Sulawesi dan DI/TII di Sumatera, Jawa Barat dan Sulawesi.
Kedua, kendaraan yang dibeli pemerintah Indonesia dari negara Blok Timur dalam rangka persiapan Trikora seperti Tank PT-76, Panser BTR-152, BTR-50 dan Kapa K-6A. tak hanya itu, museum ini juga memiliki taman dirgantara yang memamerkan tiga belas pesawat terbang yang pernah dipakai TNI sejak masa perang kemerdekaan.
Bukan hanya masyarakat umum yang berkunjung ke Museum Sariamandala ini, salah satu tamu negara TNI Angkatan Darat yaitu Kolonel Dolus Umul dari Negara Papua Nugini ini pun terpukau dengan koleksi museum. “Perjalanan Indonesia berjuang melawan penjajah hingga berhasil meraih kemerdekaan sangat menarik unutk ditelusuri. Dari semua koleksi yang paling menarik perhatian saya adalah senjata tradisional asal Indonesia yakni bambu runcing karena punya kesan magis,” ujarnya.
Jika ingin melihat bambu runcing tersebut bisa datang ke Museum Satriamandala yang buka setiap hari kecuali hari Senin dan libur nasional dari pukul pukul 08.30 hingga 14.30 WIB. Tiket masuknya Rp 4.000 per orang.