REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Kementerian Pariwisata optimistis kunjungan wisatawan mancanegara tahun 2018 tumbuh positif. Pasalnya, ekonomi sejumlah negara yang menjadi pangsa pasar mengalami pertumbuhan seperti China, India, Jepang, dan Korea Selatan.
"Ekonomi negara pasar yang tumbuh itu berhubungan dengan orang yang akan berwisata keluar negeri," kata Deputi Bidang Pengembangan dan Pemasaran Pariwisata Mancanegara Kemenpar I Gde Pitana setelah menjadi pembicara pada pertemuan profesi bidang pemasaran dan penjualan atau "Sales and Marketing Summit 2017" di Denpasar, Jumat (24/11).
Dia akan mengoptimalkan kegiatan promosi pariwisata dengan menyasar segmentasi tertentu baik pemasaran secara konvensional dan memanfaatkan teknologi informasi melalui promosi dalam jaringan.
Kemenpar menargetkan 17 juta kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia tahun 2018 dan menjadi tahun terakhir sebelum tahun 2019 yang diharapkan sudah memenuhi target 20 juta wisatawan mancanegara.
Meski tahun 2018 merupakan tahun pilkada yang berlangsung serentak di 171 provinsi, kabupaten dan kota di Indonesia, Pitana optimistis perhelatan demokrasi tersebut tidak memberikan dampak signifikan kepada pariwisata.
"Kami tidak takut dengan pilkada dan tidak ada pengaruh ke wisatawan mancanegara," imbuhnya.
Justru, kata dia, pesta demokrasi itu akan menggerakkan ekonomi daerah karena makin banyak hotel yang menjadi tempat pelaksanaan konvensi termasuk ekonomi kecil yang terdongkrak karena banyaknya kebutuhan kampanye seperti spanduk yang diterbitkan.
Sementara itu terkait Bali, sebagai barometer pariwisata Indonesia yang saat ini tengah menghadapi aktivitas vulkanik Gunung Agung di Kabupaten Karangasem, Pitana mengakui memang ada penurunan pertumbuhan wisatawan mancanegara ketika status gunung api itu naik dari siaga menjadi awas pada September 2017.
Selama periode September 2017 pertumbuhan jumlah wisatawan asing di Bali mencapai sekitar 25 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.
Namun pada Oktober 2017, wisatawan mancanegara ke Bali tumbuh enam persen jika dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. "Ada pertumbuhan tetapi menurun, kira-kira pengaruh pembatalan akibat isu Gunung Agung. Tetapi situasi di Bali semua masih dalam suasana normal," ucapnya.
Meski demikian, Pitana mengatakan bahwa kegiatan promosi harus dilakukan dengan menganut prinsip akurasi, dapat dipercaya dengan waktu yang pas.