REPUBLIKA.CO.ID, KERINCI -- Kabupaten Kerinci terkenal dengan gunung dan danaunya, juga perkebunan tehnya. Hasil-hasil pertaniannya melimpah. Namun, Kerinci juga kaya dengan peninggalan sejarah Islam, di antaranya, belasan masjid-masjid kuno yang usianya lebih dari 100, bahkan ada yang 300 tahun.
Di antara masjid-masjid kuno itu, yakni Masjid Keramat di Koto Tuo Desa Pulau Tengah, Kecamatan Keliling Danau, Kabupaten Kerinci (1750). Masjid Keramat adalah masjid yang usianya paling tua, berdiri sekitar 1750. Masjid itu bercerita tentang sejarah masuknya Islam di Kerinci, bahkan bercerita tentang peranannya yang besar saat umat Islam di Kerinci melawan dan mengusir para penjajah Belanda.
"Masjid ini juga memiliki kekhasan, bangunannya tanpa menggunakan satu buah paku pun," kata Sekretaris Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Budaya Kabupaten Kerinci Drs Rapuan Kamal.
Masjid Keramat didirikan oleh seorang ulama keturunan Mataram yang dikenal dengan nama Syaikh Kuat. Sebab, sang ulama memiliki fisik yang kuat atau dikenal pula dengan nama Syekh Qulhu karena sepanjang hidupnya mengamalkan bacaan surah al-Ikhlas. Dia juga dipanggil dengan nama Syekh Kalai atau qadi atau penghulu, serta dengan nama Syekh Mudzakkir atau orang yang suka berzikir.
Selalu lolos musibah
Keturunan Syekh Kuat pun masih tinggal di kawasan masjid itu dan ikut merawat masjid yang pantas dilindungi itu. Sementara, untuk menjaga kebersihan dan merawat masjid itu, Museum Purbakala Provinsi Jambi telah menempatkan seorang pegawai honorer di sana.
Salah seorang keturunan keenam Syaikh Kuat, H Abdurrahman Dahlan (73 tahun), mengatakan, masjid itu dibangun oleh leluhurnya di atas tanah wakaf yang diberikan oleh seorang janda bernama Emak Pokok. Sejak berdirinya, Masjid Keramat sudah berukuran 28 m x 28 m dan tidak menggunakan satu paku (besi) pun pada bangunannya. Untuk mengikat antara satu kayu dan kayu lainnya, digunakan usuk dari kayu.
Bahkan, ketika masjid itu pertama kali berdiri, atapnya menggunakan ijuk dan semua bahannya tidak menggunakan paku. Baru belakangan, setelah atapnya rusak dimakan usia dan diganti menggunakan seng, barulah menggunakan paku (besi), tetapi khususnya pada bagian atapnya saja.
"Pada bagian-bagian lain bangunan masjid tidak ada yang menggunakan paku," kata Abdurrahman kepada Republika, beberapa waktu yang lalu.
Masjid Keramat dibangun penuh dengan simbol-simbol akidah dari ajaran Islam serta simbol-simbol sosial kemasyarakatan setempat. Misalnya, masjid memiliki empat pilar yang menggambarkan empat sahabat utama Nabi Muhammad, yakni Abu Bakar, Umar, Usman, dan Ali. Menggunakan sebanyak 25 tiang yang menggambarkan 25 nabi dan Rasul serta satu tiang besar menggambarkan keesaan Allah dan Nabi Muhammad SAW sebagai satu-satunya nabi akhir zaman.
Sedangkan, gambaran hubungan sosialnya terlihat dari ornamen masjid yang diukir pada tiang atau lis di dalam masjid berupa buah manggis, buah durian, dan sejumlah hasil pertanian yang memang dihasilkan di daerah setempat. Ini adalah gambaran filsafat Melayu yang dipegang sangat kuat oleh masyarakat Kerinci, sebuah kearifan lokal "di mana bumi dipijak, di sana langit dijunjung".
Adapun, perihal nama "keramat" berasal dari kata karamah atau dimuliakan oleh Allah. Nama itu diberikan masyarakat setempat, mengingat masjid itu senantiasa selamat dari berbagai musibah. Selain musibah banjir bandang, gunung meletus, dan gempa yang datangnya berulang-ulang, Masjid Keramat jadi satu-satunya masjid yang selamat dari musibah kebakaran saat Belanda membakar hangus desa itu.
Tur dari Masjid ke Masjid
Di kota-kota besar, MTM Tour merupakan kependekan mall to mall tour, belanja menjadi kegiatannya. Namun, di Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi, pantas menjadi sebutan masjid to masjid tour atau wisata dengan mengunjungi masjid sebagai objeknya, belajar sejarah, dan beribadah adalah aktivitas wisatanya.
Kendati menjadi yang tertua di Kerinci, Masjid Keramat bukanlah satu-satunya masjid tua atau masjid kuno di wilayah yang dikelilingi beberapa buah gunung besar itu, termasuk Gunung Kerinci. Beberapa masjid tua atau masjid kuno yang ada di Kabupaten Kerinci, yakni Masjid Lamo Desa Lempur, Kecamatan Gunung Raya (awal 1800-an), Masjid Lamo, Desa Lempur Kerinci, Gunung Raya (awal 1800-an), dan masjid yang berusia agak anyar, yakni Masjid Tanjung Pauh Hilir, Desa Tanjung Pauh Hilir, Kecamatan Keliling Danau (awal 1900-an).
Selain di Kerinci, kota tetangganya, yakni Kota Sungai Penuh, ada juga masjid-masjid tua di sana, seperti Masjid Agung Pondok Tinggi yang didirikan awal 1800-an dan Masjid Raya Rawang, Kota Sungai Penuh, yang berdiri pada awal abad 19. Hampir seluruh ornamen dan bentuk asli masjid-masjid yang ada di Kerinci maupun Kota Sungai Penuh masih dipertahankan.
Kabupaten Kerinci sebelumnya beribu kota di Sungai Penuh. Namun, sejak adanya pemekaran wilayah sekitar delapan tahun lalu, Kota Sungai Penuh menjadi wilayah dengan pemerintahan tersendiri, begitu juga halnya Kabupaten Kerinci.