REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Pernah mendengar nama kopi Sangger? Kopi ini merupakan salah satu kopi khas Aceh. Rasanya enak, aromanya juga nikmat. Apa sebenarnya kopi sangger itu?
Menurut Nawawi, pemilik dan pimpinan Kedai Solong Coffee, asal kata sangger berasal dari kata 'sama-sama mengerti'. Sekitar tahun 1983, banyak anak-anak muda yang berkunjung ke kedainya. Mereka ingin menikmati kopi susu. Namun, karena ingin menghemat biaya, mereka minta kepada pelayan untuk mengurangi susunya dan lebih banyak kopinya. Sehingga rasa kopinya lebih kuat dibanding susunya.
"Mereka kan anak-anak kuliah, enggak sanggup kalau harga segitu, tapi masih ingin menikmati kopi susu," ungkap Nawawi kepada wartawan di Aceh, belum lama ini. Akhirnya mereka sepakat untuk membuat kopi sangger ini. Kopi yang harganya bersahabat dengan para mahasiswa itu. Mereka lantas sebut itu kopi sangger, artinya sama-sama mengerti.
"Kalau harga kopi susu dulu Rp 1.000, nah kopi sanger itu Rp 700, jadi sama-sama ngerti kantong anak muda saat itu," kenangnya.
Sejak saat itu, nama kopi sangger mulai populer. Hampir di setiap kedai kopi mencantumkan kopi sangger di daftar menunya. "Kopi sangger kami berbeda dengan kopi sangger lainnya. Cara tarikannya berbeda, banyak susunya pun berbeda."
Untuk menikmati segelas kopi sangger di Solong Coffee Ulee Kareng hanya perlu membayar sekitar Rp 11 ribu hingga Rp 15 ribu. Harga itu tergantung dari jenis kopi robusta atau arabika dan penyajian panas atau dingin. Kopi sangger ini lebih cocok dikonsumsi bersamaan dengan gemblong.
Lalu bagaimana sih cara membuat kopi sangger? Nawawi menjelaskan cara membuatnya cukup sederhana, yaitu kopi bubuk diseduh tidak pakai gula dan dibuat kental. Kalau biasanya takarannya untuk satu gelas kecil dibutuhkan satu sendok makan kopi, ini dibuat dua sendok makan. Diseduh tutup lebih kurang 10 menit. Jangan dalam gelas, tapi pakai ketel karena agar lebih cepat berkembang. Kemudian disaring dan menghasilkan satu gelas baru pakai susu sedikit.