Rabu 08 Nov 2017 16:00 WIB

Alasan Masih Minimnya Jumlah Turis Rusia ke Indonesia

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Yudha Manggala P Putra
Sejumlah wisman yang baru tiba di Pulau Lombok, NTB.
Foto: Antara
Sejumlah wisman yang baru tiba di Pulau Lombok, NTB.

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Wakil Kepala Perwakilan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Moskow-Rusia Lasro Simbolon mengatakan, potensi wisatawan mancanegara (wisman) Rusia cukup besar. Setiap tahunnya, tak kurang dari 20 juta warga Rusia bepergian ke luar negeri untuk berlibur.

Dari angka ini, Indonesia belum menjadi destinasi utama bagi warga Rusia. Padahal, pertumbuhan wisman Rusia ke Indonesia menjadi salah satu yang tertinggi dengan 58 persen. Data kunjungan turis Rusia ke Indonesia pada 2016 sendiri baru menyentuh angka 90 ribu wisman. "Secara umum Indonesia masih kurang promosi di sana," ujar Lasro di Mataram, NTB, Rabu (8/11).

Membandingkan dengan Thailand, Indonesia tertinggal cukup jauh dalam menggarap pasar wisman Rusia. Thailand minimal mendatangkan 1 juta wisman Rusia setiap tahunnya.

Selain promosi yang belum maksimal, aspek konektivitas juga menjadi persoalan. Lasro menjelaskan, Thailand benar-benar menjadikan Rusia sebagai pasar pariwisata dengan menghadirkan tiga penerbangan langsung ke tiga destinasi di Thailand. Langkah ini seharusnya diikuti Indonesia. "Indonesia harus mampu. kita sedang dorong, Garuda sedang pertimbangkan rute langsung ke Moskow," lanjut Lasro.

Alasan lain yang membuat pasar wisman Rusia belum maksimal lantaran adanya citra negatif dari masyarakat Indonesia tentang Rusia. "Kenapa garap Rusia agak lambat, karena imej citra Rusia di mata publik sudah lama, jangan lagi Rusia sebagai komunis, seolah-olah sarang mafia," ucap Lasro.

Lasro mengajak masyarakat Indonesia membuang paradigma lama akan citra Rusia. Menurut Lasro, Rusia merupakan negara sahabat yang memiliki peranan penting dalam sejumlah kerjasama yang sedang dan akan dilakukan, baik dari sektor perdagangan, investasi, dan juga pariwisata. Selain itu, Rusia juga merupakan negara multikulural seperti Indonesia, di mana jumlah umat Islam di sana mencapai 20 persen.

"Kalau (kita pandang) komunis-komunis, yang garap justru negara tetangga. Kita terus promosikan Indonesia di sana," kata Lasro menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement