Selasa 07 Nov 2017 21:17 WIB

Mengejar Syarat Danau Toba Masuk Unesco Global Geopark

Rep: Issha Harruma/ Red: Yudha Manggala P Putra
Keindahan Danau Toba terpancar dari atas ketinggian di Panatapan Huta Ginjang, Tapanuli Utara, Sumatra Utara
Foto: DOK: Puskompublik Kemenpar
Keindahan Danau Toba terpancar dari atas ketinggian di Panatapan Huta Ginjang, Tapanuli Utara, Sumatra Utara

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Pemprov Sumut terus mengejar pemenuhan rekomendasi Unesco agar Geopark Kaldera Toba (GKT) masuk dalam Unesco Global Geopark (UGG). Salah satunya dengan mengebut penyelesaian pengerjaan dossier (laporan) GKT.

Wakil Gubernur Sumut Nurhajizah Marpaung mengatakan, dossier itu akan dikirimkan ke Komisi Nasional Indonesia untuk Unesco (KNIU) pada 9 Desember mendatang.

"Kami akan mengirimkan dossier kepada KNIU dalam hal ini ke Menko Kemaritiman, untuk selanjutnya dibuat desain grafisnya dan akan diperbaiki kembali untuk kemudian tanggal 17-20 November dikirim ke Unesco," kata Nurhajizah yang juga Ketua Tim Percepatan GKT ini, Selasa (7/11).

Nurhajizah mengatakan, dossier yang akan dikirimkan ke KNIU itu sebelumnya sudah dibahas oleh Menko Kemaritiman, Menteri Pariwisata, Mendikbud, Menteri ESDM, dan Badan Geologi. Setelah dikirim ke Unesco, pada 21-22 November, tim akan melakukan roadshow ke lapangan.

Pembenahan di lapangan pun, kata Nurhajizah, akan dilakukan jelang kunjungan adviser dari Unesco pada Desember. Pembenahan ini akan dilakukan sampai Maret 2018 dan diperkirakan, assessment akan dilakukan pihak Unesco sebulan sesudahnya. Hasil dari semua tahapan ini, lanjut Nurhajizah, baru akan diketahui September 2018, apakah GKT mendapatkan rekomendasi Unesco atau tidak.

"Semua yang telah kami masukkan dalam dossier, kami harapkan dapat direalisasikan di lapangan, meskipun memang belum 100 persen. Paling tidak sudah ada separuh yang bisa kami realisasikan," ujar dia.

Ahli Geologi dari Badan Geologi Bandung, Indio Pratomo mengatakan, untuk mendukung GKT masuk UGG, Tim Percepatan GKT harus memenuhi lima rekomendasi Unesco. Pertama, yakni adanya aktivasi edukasi terpadu pada masing-masing geoarea dan geosite dengan tema Geopark Supervolcano.

Kedua, lanjut Indio, harus ada panel edukasi dan informasi yang lebih fokus pada informasi publik. Selanjutnya, ada strategi pemasaran dan promosi, serta peningkatan pengembangan budaya, seperti desa budaya/situs budaya dan pembangunan culture center di beberapa geoarea dan geosite. Terakhir, adanya aktivitas geopark pada keempat geoarea/geosite GKT. "Dossier ini harus disempurnakan dan dilengkapi sesuai dengan data yang telah disepakati sehingga dapat dilakukan pembenahan lapangan," kata Indio.

Hal lain yang harus dilakukan, kata Indio, tim percepatan GKT harus mempersiapkan geosite prioritas untuk melengkapi assessment Unesco."Harus ada manajemen geosite yang menjadi prioritas untuk dikunjungi saat assessment, terutama geosite yang sudah siap untuk dikunjungi, sehingga tidak harus semua dan tidak membuat bingung assessment," ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement