Jumat 03 Nov 2017 05:13 WIB

Kecanduan Medsos Bentuk Kehidupan Sosial 'Zaman Now'

Rep: Hartifiany Praisra/ Red: Indira Rezkisari
Media sosial
Foto: pixabay
Media sosial

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Media sosial sudah menjadi bagian dari masyarakat Indonesia. Berbagai kalangan masyarakat seperti umur, pekerjaan maupun dari sisi ekonomi kini tidak lepas dari platform tersebut.

Sosiolog Roby Muhamad menyatakan ada berbagai macam presepsi mengenai media sosial. Ia mengatakan, salah satunya pengguna media sosial berbeda sifatnya di dunia maya dibanding di kehidupan nyata.

"Memang ada beberapa pengguna yang seperti bukan menjadi dirinya, seperti di kehidupan nyata dia orang yang diam di media sosial cerewet begitupun sebaliknya. Namun pengguna media sosial cenderung konsisten, di kehidupan nyata serupa dengan di media sosial," katanya, Kamis (2/11).

Bentuk perilaku sosial seperti memamerkan barang pribadi hingga membeli pengikut di platform media sosial dianggap sebagai bentuk lain dari kehidupan sosial. Roby mencontohkan dengan zaman dahulu sebelum ada mobil, masyarakat bepergian dengan berjalan kaki, begitupun dengan media sosial yang melalui teknologi memberikan kesempatan kepada siapa saja untuk mendapatkan pengakuan dan memperluas jaringannya.

"Kebutuhan sosial seperti mengobrol, bertemu banyak orang dan menonton kini dapat dilakukan menggunakan gawai, ini bukan masalah karena bentuk sosialisasinya yang berbeda bentuk. Yang jadi masalah ketika seseorang kecanduan dengan gawai," lanjutnya.

Menurut Roby, faktanya seseorang membuka gawai 300-600 kali perhari. Angka tersebut sebenarnya bukan masalah ketika seseorang menggunakan gawai untuk bekerja. Karena tidak menganggu fungsi dia dalam melakukan pekerjaanya. Namun, situasi jadi berubah ketika media sosial justru mengganggu tugas utama seseorang. "Misal seorang pelajar yang lebih memilih gawai dibandingkan belajar."

Kecanduan tersebut dapat teratasi dengan cara berhenti total menggunakan gawai. Namun hal tersebut terlihat sulit mengingat semua orang membutuhkan gawai. Roby menuturkan bahwa pemberitahuan dari platform media sosial yang muncul pada gawai memang sengaja dibuat untuk menarik pengguna terus menggunakannya.

"Selain berhenti total, kini sudah banyak terapis dan psikolog yang dapat membantu menyembuhkan kecanduan tersebut," tutupnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement