REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktor Rendra Bagus Pamungkas berziarah ke makam Wage Rudolf (WR) Supratman sebelum memulai proses produksi film Wage. Ia mendoakan almarhum sekaligus 'meminta maaf' apabila tidak merepresentasikan sang tokoh besar dengan baik.
Pendatang baru dalam film layar lebar itu sempat menyimpan beban moral tersendiri berperan sebagai sang pencipta lagu kebangsaan Indonesia Raya. Apalagi, dirinya bukan musisi meski telah berlatih teknik bermain biola selama proses karantina film.
"Mungkin saya berdelusi, tapi di antara sepi itu saya mendengar suara kalimat 'Bangunlah Jiwanya Bangunlah Badannya', kemudian saya pamit dan pulang," kata pria kelahiran Kandangan, Kediri, 21 Maret 1984, itu.
Rendra tidak menganggap ziarah tersebut sebagai ritual, melainkan etika ketika seorang aktor akan memerankan sosok yang sudah tiada. Begitu pula tokoh yang masih ada biasanya akan didatangi oleh pemeran untuk mengetahui cara bicara, gestur tubuh, dan informasi detail lain.
Untuk menghidupkan karakter Wage, Rendra melakukan riset membaca teks, mengikuti proses karantina, baru menjalankan proses produksi yang masing-masing berlangsung selama sebulan. Ia juga berjumpa dengan seseorang dari Somongari, Purworejo, Jawa Tengah, yang pernah melihat almarhum.
Ia takjub karena saksi tersebut menganggapnya sangat mirip dengan sosok Wage yang dulu dilihat. Wage sempat menginap di rumah orang itu selama sehari, mengenakan atasan dan bawahan berwarna putih, dengan wajah, tinggi badan, dan warna kulit yang disebut mirip Rendra.
"Saat itu Wage disebut tidak sedang berkaca mata, suaranya tebal, pembawaannya halus dengan tata krama dan tutur bahasa Jawa yang halus," kata Rendra yang mengenyam pendidikan teater di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.