REPUBLIKA.CO.ID, GUNUNG KIDUL -- Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta akan mengembangkan Gua Braholo di Dusun Semugih Desa Semugih Kecamatan Rongkop Kabupaten Gunung Kidul menjadi situs cagar budaya tingkat nasional. Gua ini dinilai memiliki nilai sejarah tinggi.
Kepala Seksi Warisan Budaya Dinas Kebudayaan DIY Ruly Adriadi di Gunung Kidul, Rabu (25/10), mengatakan situs prasejarah Gua Braholo, telah masuk dalam situs cagar budaya melalui Keputusan Gubernur DIY Nomor 349/KEP/2012.
"Kemudian pada tahun 2014, Gua Braholo ditetapkan menjadi salah satu warisan budaya dalam daftar Warisan Budaya Kabupaten Gunung Kidul melalui Keputusan Kepala Disbudpar Gunung Kidul Nomor 033/KPTS/WB/2014," kata Ruly.
Ia mengatakan saat ini, Gua Braholo tengah dalam proses menjadi Situs Cagar Budaya Tingkat Nasional. "Gua Braholo memiliki nilai sejarah yang tinggi dan memiliki arti khusus bagi kebudayaan, ilmu pengetahuan dan pendidikan, sehingga harus dilindungi dan dilestarikan," katanya.
Ia mengatakan rekonstruksi kehidupan manusia pada masa lampau yang ada di sekitar Pengunungan Sewu salah satunya didasarkan pada bukti-bukti fisik artefak yang ditemukan di Gua Braholo.
Temuan ekskavasi yang tersebar secara vertikal maupun horisontal menggambarkan perkembangan proses adaptasi manusia pendukungnya terhadap lingkungannya. Proses adaptasi inilah yang kemudian menyebabkan berkembangnya sebuah kebudayaan.
"Gua Braholo mempunyai nilai penting yang cukup tinggi, yaitu merupakan salah satu lokasi yang difungsikan sebagai tempat hunian masa prasejarah dengan rentang waktu lama yang mengandung bukti sisa-sisa kehidupan masa lampau yang lengkap dan menunjukkan kompleksitas kegiatan manusia yang beragam, mulai dari industri peralatan, penguburan, dan kegiatan sehari-hari," katanya.
Ruly mengatakan karena pentingnya Gua Braholo maka Dinas Kebudayaan DIY pada 2017 akan melakukan pendokumentasian gua dengan teknologi 3D laser scanner, dan penjajagan awal potensi. "Nanti pada 2018, kajian pengembangan dan pemanfaatan Situs Gua Braholo. Kajian pengelolaan Situs Gua Braholo," katanya.
Peneliti dari Pusat Arekologi Thomas Sutikna mengatakan selama ini penemuan Gua Braholo ditempatkan di museum Punung, Pacitan, Jawa Timur. Untuk itu, pihaknya berharap bisa dibangun museum. "Langkah baiknya jika dapat dibangun dan dilengkapi fasilitas di Gua Braholo, dengan begitu keberadaan situs menjadi situs cagar budaya dapat memiliki nilai pendidikan dan membawa kesejahteraan untuk masyarakat," katanya.