Senin 23 Oct 2017 07:03 WIB

Menikmati Istanbul dari Laut Marmara

Wisatawan berfoto dengan latar belakang selat Marmara di Turki.
Foto:
Istana Topkapi

Turki adalah negara sekuler. Pendidikan agama tidak dipelajari di sekolah-sekolah dan universitas. Tapi, ketika kami menyusuri Istanbul dan desa-desa di sekitarnya kami dapati masjid-masjid dengan menaranya menjulang tinggi. Di Turki bentuk masjid hampir seragam. Kecuali Masjid Biru yang memiliki enam menara. Tiap waktu shalat masjid-masjid ini mengumandangkan azan yang berbeda-beda iramanya di masing-masing waktu.

Menikmati kota Istanbul dari laut,  kita dapat mengabadikan pemandangan kota yang dijuluki Kota 1.000 Masjid itu. Para turis dari Eropa, Jepang, Korea, dan Cina saling berebut mengambil foto dari posisi yang strategis di kapal.

Selam di kapal, para awak kapal yang ditugaskan menjual makanan dan minuman berkeliling menawarkan dagangannya. Tentu saja harganya lebih mahal dari harga di pasar-pasar. Coca Cola, misalnya, harganya  sekitar Rp 45 ribu per kaleng. Untung saya membawa air mineral dan makanan kecil ketika memasuki kapal pesiar, sehingga tidak perlu membeli makanan dan minuman selama di kapal pesiar.

Kapal pesiar melewati Jembatan Bosphorus di Selat Bosphorus, yang menghubungkan Turki Eropa (23 persen) dengan Turki Asia (77 persen). Dalam paket wisata ke Turki ini kami juga sempat menikmati belly dance yang di Jakarta sedang tren sebagai tarian olahraga untuk mengurangi berat badan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement