Sabtu 21 Oct 2017 04:56 WIB

Sensasi Tahu Gejrot di Cafe Callens Belgia

Tahu gejrot
Foto: Dok pribadi
Tahu gejrot

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tahu gejrot makanan khas Cirebon, Jawa Barat, tersaji di meja sebuah cafe terkenal di Brussel, Belgia. Ada tujuh warga Belgia yang siap menyantap makanan khas Indonesia itu di Cafe Callens.

Selain tahu gejrot, ada lagi sembilan masakan khas Indonesia yang dihidangkan para bule tersebut. Antara lain otak-otak dibungkus daun pisang, cakalang asap, sate kelinci, saksang, pesmol mujair, bebek woku, kalio sapi, sayur godok, serta klapertart. Tak lupa ketinggalan sambal tomat.

Warga Belgia yang menyantap masakan khas Indonesia itu semula sempat ragu mengingat mereka sebelumnya belum pernah makan makanan itu. Tapi setelah pelan-pelan menyantap sambil mendapat penjelasan dari juru masak Indonesia yang didampingi pengelola kafe, mereka akhirnya menikmati juga.

Juru masak asal Indonesia, Ray Adriansyah kepada warga Belgia, menjelaskan secara rinci jenis-jenis masakan itu serta bumbu-bumbu apa yang digunakan untuk membuat makanan khas Indonesia tersebut.

Pengelola Cafe Callens memang sengaja mengundang tiga juru masak asal Bali yakni Ray Adriansyah, Putu Dody dan I Made Suadnyana untuk memasak 10 masakan khas Indonesia tersebut. Tujuannya adalah untuk lebih memperkenalkan masakan khas Indonesia yang kaya raya.

Kegiatan festival kuliner Indonesia tersebut waktunya bertepatan dengan Festival Seni Europalia Indonesia selama 104 hari, dimulai 10 Oktober 2017 hingga 21 Januari 2018. Pihak cafe mematok harga 35 euro atau sekitar Rp550.000 untuk bisa menikmati sepuluh masakan khas Indonesia itu yang dijual dalam satu paket.

Juru masak Ray Adriansyah mengatakan seluruh masakah sudah disesuaikan dengan selera khas Eropa, seperti tidak terlalu pedas seperti layaknya hidangan di Tanah Air. "Orang-orang Eropa kan tidak terlalu suka masakan pedas, jadi saya masak pun bumbunya menggunakan sedikit cabai," katanya.

Sebenarnya, masakan Indonesia di Belgia sudah cukup terkenal, tapi hanya sebatas nasi goreng dan rendang. Ketiga juru masak Indonesia tersebut memang sengaja tak lagi menyajikan nasi goreng dan rendang karena memang sudah cukup dikenal masyarakat Belgia khususnya dan Eropa umumnya.

Bernard, seorang warga Belgia yang mencicipi masakan Indonesia tersebut, mengaku belum terbiasa menikmati masakan Indonesia yang dihidangkan. "Rasanya agak asing dan pedas. Tapi lama-lama saya bisa menikmati juga," katanya.

Dia yang sudah dua kali mengunjungi Indonesia mengaku pernah makan nasi goreng dan sate ayam, juga bakso sapi selama sepuluh hari berada di Indonesia. Bernard mengaku masakah Indonesia memang memiliki rasa yang jauh berbeda dengan masakan Eropa, terutama masakan Indonesia banyak menggunakan bumbu masak dengan rasa pedas dan santan.

Europalia menjadi pembicaran hangat di kalangan warga Belgia saat ini. Setelah dibuat terpukau saat pembukaan (11/10) dimana Raja Belgia Philippe Léopold Louis Marie, Ratu Mathilde, serta Wakil Presiden Jusuf Kala hadir dengan Indonesia sebagai Host Country.

Lebih dari 450 seniman diboyong oleh Pemerintah Indonesia, termasuk tim gastronomi (keahlian memasak) yang dikurasikan oleh Vita Datau Messakh, Ketua Akademi Gastronomi Indonesia.

Tim kuliner yang bertugas mendukung prepembukaan Europalia adalah juru masak Ray Adriansyah dari Restoran Locavore, Ubud, Bali. Restoran yang menyabet posisi bergengsi dua tahun berturut turut 2016 dan 2017 sebagai satu dari 50 restoran terbaik Asia.

Sementara Cafe Callens adalah sebuah cafe yang sudah eksis lebih dari 100 tahun menjadi tempat dari sajian makanan Indonesia sebagai bagian dari promosi Indonesia serta diplomasi budaya melalui gastronomi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement