Kamis 19 Oct 2017 12:28 WIB

Cara Menjawab Pertanyaan Anak Soal Asal Mula Bayi

Rep: Dessy Susilawati/ Red: Yudha Manggala P Putra
Anak bertanya/ilustrasi
Foto: rackcdn.com
Anak bertanya/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- "Dedek bayi itu asalnya dari mana sih?" Bagi sebagian orang tua, pertanyaan polos Si Kecil itu mungkin bisa menyulitkan untuk dijawab. Seiring pertumbuhan nalar dan logikanya, anak umumnya kerap terdorong bertanya hal-hal agak sensitif, salah satunya pertanyaan tadi.  

Lalu bagaimana cara menyikapinya? Menurut psikolog anak dan keluarga Anna Surti Ariani, hal penting pertama ketika mendapat pertanyaan anak semacam itu adalah dengan menghargainya terlebih dahulu. "Kita bisa mengatakan, 'Aduh itu pertanyaan bagus Nak. Tapi ibunya juga bingung nih jawabannya apa?'" kata Anna.  

Jawaban itu bisa diberikan jika memang orang tua benar-benar tidak tahu jawabannya. Bersikap jujur pada anak, kata Anna, termasuk langkah baik.

Lalu orang tua juga bisa mengajak anak untuk mencari jawaban bersama. Misalnya, 'Oh bunda punya teman dokter, coba kita tanya besok sama dokter'.

Kalau tidak mungkin dijawab pada saat itu. Misalnya saat sedang menyetir, sedang banyak orang atau sedang ada tamu, cukup dengan membisikkan ke anak, "Nanti kita cari jawabannya, kita obrolin tapi jangan sekarang. Nanti deh jam berapa."

Lalu bagaimana ketika anak terus bertanya, yang jawabanya bisa terkait dengan hal seksual. Misalnya seperti apa proses bayi bisa ada di perut Bundanya dan sebagainya. Menurut Anna, jawaban sangat tergantung pada usia anak dan seberapa siap anak menyerapnya.

Orang tua memang lebih baik menjawab jujur. Namun tidak gamblang, tetap disesuaikan dengan kapasitas pemahaman anak. "Kalau anak usia empat tahun, kita bisa mengatakan, 'Ya adik itu ada di perut mama, dikasih sama Tuhan,'" kata Anna mencontohkan. Sementara untuk anak kelas satu sampai tiga SD, misalnya, cukup berikan jawaban singkat jika orang tua dalam kondisi belum siap untuk menjelaskan. Misalnya, 'Adik itu ada di surga, nanti dikirimkan ke perut bunda oleh Tuhan.'

Lain hal dengan anak menjelang remaja atau menjelang dewasa (SMP-SMA). Jawaban yang diberikan bisa lebih sedikit terbuka, meski tetap butuh kehati-hatian. Upayakan untuk tetap menyisipkan nilai-nilai moral dan agama, dalam setiap penjelasan yang dipaparkan.

Misalnya untuk anak SMA, yang sudah mulai belajar mengenai sistem reproduksi, bisa juga dijelaskan kepada anak mengenai dampak yang bisa mengancam kesehatan bila mereka dapatkan jika melakukan hal-hal sebelum pernikahan. Anna juga menganjurkan orang tua untuk memberikan informasi soal bahaya penyakit menular dan cara terbaik menghindarinya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement