Selasa 17 Oct 2017 12:32 WIB
Pariwisata Sembalun

Secangkir Kehangatan Kopi Sajang

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Yudha Manggala P Putra
Secangkir kopi
Foto: Rakhmawaty La'lang/Republika
Secangkir kopi

REPUBLIKA.CO.ID, SEMBALUN -- Di tengah udara dingin Sembalun, jangan lewatkan kesempatan menyeruput kopi sajang. Kopi Arabika yang telah ada sejak zaman penjajahan Belanda ini diproduksi warga Desa Sajang, Sembalun, Lombok Timur.

Kami termasuk yang beruntung bisa mencicipinya saat mengunjungi desa ini beberapa waktu lalu. Tak sulit mendapatkan secangkir minuman hitam ini. Begitu sampai, kami langsung bertamu menuju rumah warga bernama Yuliadi yang berada di pinggir jalan. Pria yang telah beruban itu ramah menyambut setiap petandang yang datang dengan segelas kopi.

Kopi sajang terasa memiliki asam yang lebih tinggi ketimbang kopi lainnya. Ciri khas itulah yang menurut Yuliadi mampu membuat kopi buatannya digemari di luar negeri. Sebagai tambahan, warga Sembalun kadang menaruh serpihan jahe agar kopi bisa menghangatkan tubuh. Sebab, Sembalun berada di ketinggian lebih dari seribu meter di atas permukaan laut.

Amaq Yuliadi yang juga ketua Kelompok Petani Kopi Bumi Khayangan bercerita banyak perihal kopi sajang. Kopi yang dibawa penjajah Belanda itu sempat punah lantaran pergantian dengan pohon robusta sekitar tahun 1970. Apalagi, kala itu banyak petani menebang pohonnya menjadi sawah. "Tahun 1991, saya buka kelompok tani Bumi Khayangan ajak masyarakat Sajang tanam kopi arabika lagi," kata dia.

Lelaki itu mempunyai lahan perkebunan kopi seluas satu hektare. Jika musim panen, ia mampu memperoleh delapan ton biji kopi. Namun, jumlah itu sebenarnya bisa bertambah hingga 10-12 ton, tergantung cuaca dan kesibukan petani saat proses tanam. Sebab, para petani enggan menggantungkan diri hanya dengan memproduksi kopi. "Petani juga fokus tanam yang lain agar bisa tetap hidup," jelasnya.

Berdasarkan teknik pengolahan biji kopi yang sudah turun-temurun ia pelajari, ada setidaknya 10 langkah. Mulai dari penyortiran buah kopi melewati fermentasi selama 18-36 jam hingga proses penggebrusan menggunakan mesin atau huller. "Kalau semuanya sudah baru deh bisa siap dijual ke pelanggan yang pesan," ucapnya.

sumber : Pusat Data Republika/Nina Chairani
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement